Presiden Joko Widodo menghadiri World Economic Forum (WEF) Special Virtual on Indonesia melalui video konferensi dari Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, pekan lalu. Pertemuan tersebut dihadiri oleh lebih dari 43 CEO dari 20 negara.
“Ini merupakan pertemuan khusus yang memang diadakan WEF dengan fokus khusus Indonesia dan membahas mengenai prioritas Indonesia di bidang kesehatan dan pemulihan ekonomi,” ujar Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam keterangan persnya usai pertemuan.
Disampaikan Menlu, dalam diskusi yang cukup panjang dan sangat intensif dengan Presiden RI, para CEO mengungkapkan antusiasmenya untuk berinvestasi dan berbisnis di Indonesia “Masih terdapat antusiasme yang tinggi dari para investor asing untuk berinvestasi dan melakukan bisnis dengan Indonesia,” ujarnya.
Para pengusaha tersebut, imbuh Menlu, juga menyambut baik reformasi regulasi dan birokrasi yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia. “Mereka juga memberikan dukungan terhadap komitmen Indonesia untuk terus menyeimbangan antara pembangunan ekonomi dan keberlanjutan,” imbuhnya.
Selain itu, ujar Menlu, dalam pertemuan yang dipandu oleh pendiri sekaligus Executive Chairman WEF Klaus Schwab tersebut juga mengemuka ketertarikan para CEO untuk berinvestasi di bidang digital, termasuk mengenai pentingnya penekanan ekonomi yang inklusif di bidang digital melalui pemberdayaan UMKM.
“Intinya adalah bahwa antusiasme masih cukup tinggi dan mereka mengapresiasi segala upaya reformasi yang sedang dilakukan oleh Indonesia. Mereka juga mengapresiasi upaya Indonesia di dalam menangani pandemi, baik dalam konteks kesehatannya maupun dalam konteks pemulihan ekonominya,” terang Menlu.
Di bagian lain keterangannya, Menlu menyampaikan, Presiden Joko Widodo di dalam pidatonya memaparkan upaya yang telah dilakukan Indonesia di dalam mengelola penanganan kesehatan dan pemulihan ekonomi selama pandemi COVID-19. Upaya tersebut dilakukan secara seimbang, dengan penekanan bahwa kesehatan selalu menjadi acuan utama.
“Dari upaya yang telah dilakukan dari sisi kesehatan, kasus aktif di Indonesia sudah di bawah rata-rata dunia, angka kesembuhan Indonesia di atas rata-rata angka dunia, dan upaya untuk menekan angka kematian terus dilakukan oleh pemerintah Indonesia,” ujar Menlu mengutip pernyataan Presiden.
Dalam pertemuan, Presiden juga menyampaikan persiapan yang terus dilakukan untuk pelaksanaan vaksinasi. “Presiden menjelaskan mengenai pendekatan vaksin baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang,” kata Retno.
Di sisi ekonomi, Presiden menyampaikan, Indonesia meminimalisasi risiko sosial dengan melaksanakan perlindungan sosial bagi kelompok miskin dan rentan serta melaksanakan program pemulihan ekonomi nasional dengan memberikan dukungan bagi UMKM dan dunia usaha.
Presiden juga menyampaikan, pandemi ini dapat dimanfaatkan sebagai momentum untuk melakukan lompatan kemajuan. “Krisis ini digunakan Indonesia untuk berbenah, bukan saja menekan tombol reset tapi melakukan lompatan ke depan. Visi besar, transformasi besar, dan aksi besar,” kutip Menlu.
Terkait dengan hal tersebut, Presiden menjelaskan bahwa Omnibus Law Undang-Undang Cipta Kerja yang telah disahkan beberapa waktu lalu ditujukan untuk reformasi regulasi dan birokrasi serta memberikan kepastian hukum.
Di bagian lain pernyataannya, tutur Menlu, Presiden juga membahas mengenai ekonomi hijau dan berkelanjutan. Presiden memberikan beberapa contoh kebijakan yang telah dilakukan, misalnya pemberlakukan Biodiesel B30, Solar D100 yang berasal dari kelapa sawit, penggunaan pembangkit listrik tenaga surya (PLTs) Atap, dan lain-lain.
“Presiden juga menjelaskan mengenai pembangunan yang lebih inklusif, berkelanjutan, dan resilient,” pungkas Menlu. (sak)