Pakai Konkit LPG 3Kg, Hemat Rp 1,3 Juta
EKONOMI BISNIS PERISTIWA

Pakai Konkit LPG 3Kg, Hemat Rp 1,3 Juta

Petani Kabupaten Sragen yang memperoleh paket perdana Program Konversi BBM ke BBG Untuk Petani Sasaran Tahun 2019, merasakan manfaat penghematan yang cukup besar sejak menggunakan mesin konverter kit (konkit) LPG 3 kg untuk mengairi sawahnya.

Dalam satu musim tanam, penghematan yang diperoleh sekitar Rp 1,32 juta dengan luas sawah sekitar 0,3 hektar.

Budiharto dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Sragen dalam Pra Rakor Program Konversi BBM ke BBG Untuk Petani Sasaran Tahun 2020 di Swiss Belboutique Hotel, Yogyakarta, pekan lalu, menuturkan, dalam satu kali musim tanam atau sekitar 105 hari, para petani rata-rata mengairi sawah sebanyak 44 kali.

Sekali mengairi yang dimulai pukul 06.00 hingga 14.00, diperlukan BBM sekitar 5 liter atau Rp 50.000. Sementara jika menggunakan LPG 3 kg, cukup menggunakan 1 tabung saja yang dibeli rata-rata Rp 20.000. Dengan demikian, penghematan yang diperoleh adalah Rp 30.000 dikali 44, jumlahnya Rp 1,32 juta.

Perhitungan ini dengan rata-rata sawah yang dikelola petani Sragen luasnya 0,3 hektar. Dengan demikian, untuk sekitar 1 hektar sawah, penghematan bisa mencapai Rp 4 juta.

“Rata-rata BBM dibelinya di pengecer, sekitar Rp 10.000 per liter. Kalau LPG 3 kg harganya Rp 18.000 hingga Rp 20.000 per tabung. Penghematan Rp 30.000 sekali mengairi, itu besar artinya bagi petani. Menggunakan LPG 3 kg jelas lebih murah,” tambah Budiharto seraya menambahkan bahwa para petani melakukan pemeliharaan mesin dengan baik.

Pengairan sawah terutama dilakukan dalam 3 tahap. Pertama, pada tahap awal penanaman. Kedua, masa pembentukan bunga yaitu di ukur 1,5 bulan. Ketiga, periode pematangan di umur 70 hari. “Di waktu-waktu tersebut, pengairan banyak dilakukan,” ujar Budiharto.

Pada tahun 2019, Petani Kabupaten Sragen mendapat 350 paket perdana. Daerah lain yang juga memperoleh paket adalah 350 paket bagi petani di Klaten, 50 paket untuk petani di Malang dan 250 paket bagi petani di Bantul.

Para petani penerima paket perdana harus memenuhi persyaratan yaitu pemilik lahan dengan luas lahan maksimal 0,5 hektar. Untuk transmigrasi, maksimal 2 hektar dengan menunjukan dokumen kepemilikan lahan.

Memiliki identitas petani yang direkomendasikan oleh Kepala Desa/ Camat dan disahkan oleh Kepala Daerah dan atau Kepala Dinas Pertanian setempat. Memiliki identitas KTP, KK dan Kartu Tani.

Memiliki pompa air dengan mesin pengerak lebih kecil 6,5 HP. Belum pernah menerima bantuan yang sejenis (mesin pompa air). Dan memiliki mesin pompa air yang dimiliki berbahan bakar bensin.

Paket perdana yang diberikan kepada petani terdiri dari 1 unit mesin, 1 buah tabung LPG 3 kg dan 1 set konverter kit beserta asesorisnya. Paket ini diberikan Pemerintah secara gratis.

Terkait persyaratan tersebut, Budiharto mengusulkan agar para petani di Sragen yang tidak memiliki mesin pompa BBM, juga mendapat kesempatan untuk memperoleh paket perdana ini.

“Banyak petani kami yang luas sawahnya kecil-kecil, misalnya 0,15 hektar, tidak memiliki pompa mesin BBM. Sehingga mereka tidak memenuhi persyaratan untuk mendapatkan paket perdana konkit LPG 3 kg. Padahal mereka juga memerlukannya untuk mengairi sawah. Kami mengusulkan agar para petani tersebut bisa mendapatkannya juga,” kata Budiharto.

Dalam kesempatan yang sama, Safri Yanto dari Ditjen Migas meminta dukungan Pemda dalam pembagian paket perdana ini, antara lain memastikan daftar nama calon penerima, menyiapkan lokasi pembagian, menyiapkan sarana dan prasarana seperti gudang penyimpanan, listrik, meja dan kursi, tempat untuk merakit dan tempat untuk mencoba paket konversi.

Untuk tahun 2020, Pemerintah akan membagikan 10.000 unit paket perdana konversi BBM ke LPG 3 kg di 6 provinsi yaitu Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur, serta DIY. (sak)