Di bawah kepemimpinan Tri Rismaharini, Kota Surabaya dinilai telah berkembang pesat, baik itu dari segi ekonomi maupun infrastruktur pembangunannya. Bahkan, ketika pandemi melanda, beberapa usaha properti di Indonesia mengalami penurunan, namun hal itu berbeda dengan kondisi Surabaya yang dinilai tetap stabil.
Pernyataan ini disampaikan langsung Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo, saat menghadiri acara sosialisasi 4 pilar bersama Wali Kota Risma di Kecamatan Gunung Anyar, Kota Surabaya, Kamis (27/08).
“Banyak kemajuan pesat yang kami monitor di Jakarta bahwa Surabaya luar biasa. Ketika pandemi menyerang harga properti di seluruh Indonesia jatuh, Kota Surabaya secara ekonomi masih tetap bertahan,” kata Bamsoet sapaan lekatnya.
Menariknya, dalam momen itu Bamsoet juga mengungkapkan, bahwa dalam survei elektabilitas yang terdiri dari beberapa Kepala Daerah, Wali Kota Risma masih terus berada dalam 10 besar Calon Presiden Republik Indonesia (RI) tahun 2024. “(Wali Kota Risma, red) Sampai hari ini masih terus bertengger di 10 besar Calon Presiden 2024,” kata dia.
Menanggapi hal itu, Wali Kota Risma mengaku tak pernah membayangkan ia bisa masuk dalam 10 besar survei elektabilitas Calon Presiden 2024 yang disampaikan Bambang Soesatyo tersebut. Bahkan, ia sendiri tak mengerti siapa yang membuat survei elektabilitas itu.
“Saya tahu siapa saya, dan saya tidak mungkin kuat buat bayarin untuk membuat survei dan sebagainya, tidak mungkin. Saya tidak punya kapasitas keuangan untuk aku melakukan survei atau niatan apa itu, yang jelas jauh dijangkauan saya dan saya sadar siapa saya,” kata Risma di rumah dinas wali kota, Jalan Sedap Malam Surabaya, Jumat (28/08).
Karena itu, Risma menegaskan, bahwa apabila ada surveyor yang menyatakan elektabilitas dia masuk dalam 10 besar Calon Presiden RI 2024, maka itu bukan keinginan atau kemauannya. “Karena itu, kalau ada yang melakukan survei itu bukan saya yang minta dan bukan kemauan saya. Saya juga tahu kapasitas kemampuan saya seperti apa,” katanya.
Bahkan, Risma menyatakan tak pernah bermimpi atau bercita-cita menjadi seorang Presiden RI. Sebab menurutnya, menjadi wali kota tanggung jawabnya sangat berat apalagi seorang Presiden yang memimpin seluruh Nusantara. Karena, seorang pemimpin tidak hanya bertanggungjawab terhadap rakyatnya tapi juga Tuhan Yang Maha Esa.
“Saya tidak pernah bermimpi, bahkan ketika jadi Wali Kota Surabaya tak pernah berani membayangkan. Karena tanggungjawabnya berat, bukan hanya di dunia ini. Karena saya harus pertanggungjawabkan itu dihadapan Tuhan,” tuturnya.
Untuk itu, Risma kembali menegaskan, bahwa selama ini ia tak pernah membayangkan ingin maju sebagai Presiden, apalagi menginisiasi survei elektabilitas Calon Presiden RI. Menurut dia, daripada menyuruh orang membuat survei, lebih baik uang tersebut dimanfaatkan untuk membantu keluarga atau anak-anak kurang mampu.
“Dari pada saya buat survei mending saya kasihkan ke anak-anak yang lain, yang banyak ditinggalkan orang tua kena Covid-19 dan sebagainya. Jadi saya tidak tahu siapa yang melakukan survei itu,” pungkasnya. (ita)