PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk (BRI Agro) pada Rabu (28/08) menyelenggarakan Public Expose melalui Public Expose Live 2020.
Melalui acara yang diselenggarakan PT Bursa Efek Indonesia, PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia dan PT Kustodian Sentral Efek Indonesia yang didukung oleh Otoritas Jasa Keuangan itu, BRI Agro memaparkan kinerja Perseroan secara berkala.
Public Expose wajib dilaksanakan setahun sekali dan sebagai media penyampaian informasi perusahaan sebagai emiten. Public Expose memaparkan kinerja keuangan BRI Agro posisi Triwulan II Tahun 2020 unaudited yang telah dipublikasikan untuk memberikan informasi terkini kepada publik dan pemegang saham.
Memperhatikan situasi dan kondisi makro ekonomi yang melambat dampak dari pandemi Covid-19, kinerja BRI Agro walaupun sedikit tertekan tetapi masih dapat menunjukkan pertumbuhan pada kinerja Perseroan untuk periode yang berakhir pada 30 Juni 2020.
Hal tersebut dapat terlihat dari peningkatan Total Aset sebesar 5,50% secara year on year dari sebesar Rp 24,82 Triliun pada posisi 30 Juni 2019 (Unaudited) menjadi sebesar Rp 26,18 Triliun pada posisi 30 Juni 2020 (Unaudited).
Pertumbuhan total aset tersebut terjadi karena adanya peningkatan penyaluran kredit yang dilakukan oleh Perseroan. Kontribusi sektor agribisnis yang menjadi fokus perseroan sampai dengan posisi 30 Juni 2020 adalah salah satu penopang pertumbuhan penyaluran kredit Perseroan. Porsi penyaluran kredit kepada sektor agribisnis sendiri tercatat sebesar 56% dan 44% ke sektor non agribisnis, dimana sebagian besar kredit disalurkan kepada komoditas sawit.
Total Kredit Yang Disalurkan (KYD) pada posisi 30 Juni 2020 mampu tumbuh sebesar 9,17% secara year on year dari sebesar Rp 17,58 Triliun pada posisi 30 Juni 2019 (Unaudited) menjadi sebesar Rp 19,19 Triliun pada posisi 30 Juni 2020 (Unaudited).
Penyaluran kredit terbagi kedalam tiga segmen bisnis yakni segmen menengah, ritel dan konsumer. Segmen yang mendapatkan porsi penyaluran kredit terbesar adalah segmen Bisnis Menengah dengan total penyaluran kredit sampai dengan 30 Juni 2020 adalah sebesar Rp 13,43 Triliun, menyusul segmen Bisnis Ritel sebesar Rp 4,65 Triliun dan segmen Bisnis Konsumer sebesar Rp 1,12 Triliun.
Seiring dengan pertumbuhan penyaluran kredit, Total Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun oleh Perseroan meningkat sebesar 11,43% secara year on year dari sebesar Rp 18,91 Triliun pada posisi 30 Juni 2019 (Unaudited) menjadi sebesar Rp 21,07 Triliun pada posisi 30 Juni 2020 (Unaudited).
Kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan DPK adalah produk Giro yang mencatatkan pertumbuhan sebesar 27,12% secara year on year kemudian disusul oleh produk tabungan yang mencatatkan pertumbuhan sebesar 25,13% secara year on year dan produk deposito yang tumbuh sebesar 9,07% secara year on year.
Selain itu, tingkat likuiditas BRI Agro tetap terjaga, dimana rasio LDR berada pada level 91,10% serta GWM primer yang berada pada level 3,15% dan GWM sekunder mencapai 8,17% pada Triwulan II/2020.
Perseroan menyambut baik dengan kebijakan penurunan GWM sehingga mendapat tambahan likuiditas Perseroan pada masa pandemi ini. Sementara itu rasio LFR pada Triwulan II/2020 sebesar 88,99% dan rasio RIM pada Triwulan II/2020 sebesar 91,30%.
Pendapatan bunga tumbuh sebesar 1,63% (yoy) dari Rp.982 Milyar pada posisi 30 Juni 2019 (Unaudited) menjadi sebesar Rp.998 Milyar pada posisi 30 Juni 2020 (Unaudited), dimana rasio NIM berada di level 2,55% pada posisi 30 Juni 2020 (Unaudited).
Selain itu, terdapat kenaikan pembentukan biaya CKPN sebesar 44,3% (yoy) dikarenakan kenaikan NPL. Hal tersebut mempengaruhi perolehan Laba Bersih pada pada posisi 30 Juni 2020 (Unaudited) yang menjadi sebesar Rp.20 miliar atau menurun sebesar 74,5% (yoy). (ita)