Setelah melewati proses pemilihan sejak Januari 2020, Prof Moh Nasih kembali dilantik menjadi Rektor UNAIR Periode 2020-2025. Pelantikan dilakukan Ketua Majelis Wali Amanat (MWA) Universitas Airlangga Prof Hatta Ali.
Pelantikan pada Selasa (26/06) di Aula Garuda Mukti Kantor Manajemen Kampus C UNAIR ini dihadiri sejumlah tokoh penting dan tamu internal, dengan tetap menggunakan protokol kesehatan yang ada.
Pemilihan rektor ini masuk rekor MURI Indonesia sebagai pemilihan rektor pertama yang dilakukan secara online.
Penetapan Rektor UNAIR Periode 2020-2025 terpilih berdasar Rapat Pleno MWA (Majelis Wali Amanat) UNAIR yang berlangsung pada 31 Maret 2020 lalu secara daring atau online.
Pemilihan rektor yang untuk kali pertama dilakukan secara online tersebut dipimpin langsung di Jakarta oleh Ketua MWA UNAIR M. Hatta Ali yang juga menjabat sebagai Ketua Mahkamah Agung (MA).
“Proses penjaringan dan seleksi tidak hanya akuntabel, yaitu digunakannya musyawarah mufakat oleh MWA (Majelis Wali Amanat, Red).
Dari itu semua, kita yakin UNAIR akan dapat lebih maju lagi sebagai universitas yang terpandang, diakui dunia, dengan tetap menjunjung tinggi nilai excellence with morality,” ujar Prof Hatta Ali.
Dalam pelantikan itu, Prof Hatta Ali juga memberikan apresiasi setinggi-tingginya terhadap seluruh tenaga kesehatan di Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA) dan Rumah Sakit Khusus Inveksi (RSKI), termasuk dokter, koas, staf administrasi, relawan, dan peneliti UNAIR yang dengan tulus ikhlas berada di garda depan membantu penanganan dan penyembuhan pasien Covid-19.
Ia juga mengucapkan bela sungkawa atas meninggalnya dokter RSUA alm. Miftah Sarengat yang meninggal akibat berjuang melawan Covid-19. “Pada saat yang sama kita patut berbangga pada kontribusi nyata UNAIR menemukan kombinasi obat untuk Covid yang ditemukan dr Purwati,” terang Prof Hatta Ali.
Sementara itu, Rektor UNAIR Prof Moh Nasih menegaskan bahwa proses memilihan rektor UNAIR secara musyawarah telah berlangsung hingga tiga periode. Menurutnya, kebiasaan musyawarah mufakat adalah iklim yang baik untuk mendukung aktivitas di perguruan tinggi.
“Kebiasaan musyawarah mufakat menjadi sangat baik dan mendukung proses aktivitas di perguruan tinggi. Karena dengan musyawarah mufakat, tentu tidak ada lagi kotak-kotak dan sekat-sekat,” ucap Rektor.
“Model musyawarah mufakat ini model yang sangat baik untuk kita teruskan, khususnya level perguruan tinggi yang mestinya dijauhkan dengan aspek yang sifatnya politis,” tambahnya.
Sejumlah tokoh penting hadir dalam pelantikan rektor kali ini. Di antaranya Ketua MWA Prof Hatta Ali, Ketua Senat Akademik Prof Djoko Santoso, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Indonesia Prof Muhajir Effendy, Walikota Surabaya Tri Rismaharini, dan sejumlah tamu internal. (ita)