Untuk pertama kalinya, Kota Semarang menjadi tempat berkumpulnya seratus musisi dari berbagai daerah untuk mendapatkan Fasilitasi Sertifikasi Profesi Musik dari Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf).
Bekerja sama dengan Lembaga Sertifikasi Profesi Musik Indonesia (LSPMI), Bekraf mengadakan acara ini di dua tempat, yakni Gets Hotel Semarang dan Halmahera Music School, pada 27-28 Agustus 2019.
Pembukaan acara dihadiri oleh beberapa pejabat dari Bekraf, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Semarang, dan Musisi Senior.
Mereka adalah Deputi Fasilitasi HKI dan Regulasi Bekraf Ari Juliano Gema, Direktur Harmonisasi Regulasi dan Standardisasi Bekraf Sabartua Tampubolon, Sekretaris Disbudpar Kota Semarang Suryanto, Direktur LSPMI Johnny W. Maukar, dan Musisi Senior Grace Simon.
Setelah masing-masing pejabat memberi sambutan, giliran Grace Simon memberi motivasi dan menceritakan pengalaman hidupnya kepada para peserta acara.
Ia bercerita betapa sulitnya perjuangan untuk menjadi penyanyi pada saat itu, namun ia mampu membuahkan hasil yang maksimal saat ia mendapat penghargaan The Best Asean Singer pada 1982.
“Walau gangguan menjadi musisi itu berat sekali, saya bisa membuktikan kepada semua orang di Indonesia untuk menjadi seorang musisi yang tidak sepele. Semoga peserta yang ada di sini menjadi pemusik yang tidak setengah-setengah,” kata Grace Simon.
Ari Juliano Gema kemudian menyampaikan kata sambutan sekaligus membuka acara secara resmi dengan pemukulan gong. Dalam sambutannya, Ari membeberkan alasan mengapa acara ini bisa terselenggara secara gratis.
“Kegiatan ini terselenggara karena teman-teman membayar pajak. Pajaknya itu dikembalikan kepada Anda dengan bentuk program ini. Negara benar benar mencoba untuk memfasilitasi masyarakat, khususnya di acara ini untuk menghasilkan musisi profesional,” ujar Ari.
Acara ini memang tidak memungut biaya sepeserpun dari para peserta. Peserta mendapat fasilitas akomodasi, transportasi, konsumsi dan sertifikasi. Sebelum mengikuti sertifikasi, para peserta juga melewati tahap pra-assesmen untuk dikategorikan dalam kelompok madya, pratama, atau utama.
Selain vokal, beberapa instrumen musik yang diuji adalah piano, keyboard, gitar elektrik dan klasik, bass, drum, biola, terompet dan tes ensamble. Sebanyak 108 peserta mengikuti acara ini setelah lolos dari seleksi administrasi.
Salah satu peserta, Timotiyus Joko Pramono, mengaku beruntung bisa mengikuti acara ini. Pria yang akrab disapa Pram ini berharap dirinya lolos uji kompetensi dan mendapat sertifikat kompetensi dari LSPMI dan Bekraf.
Disabilitas yang dimiliki Pram, yakni tuna netra, tidak menghalanginya untuk menjadi seorang drummer profesional sekaligus pengajar di Sekolah Luar Biasa dan komunitas difabel.
“Saya tahu acara ini dari teman yang bekerja di RRI Semarang. Saya ingin ada pengakuan secara tertulis untuk kompetensi saya. Menurut saya, acara ini sangat bagus dan sangat membantu pelaku seni yang ada di Indonesia,” ujar Pram yang tidak hanya menguasai alat musik drum, tetapi juga gitar, bass, keyboard dan terompet. (sak)