Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menghasilkan seorang doktor baru.
Ialah Dr Indah Kurniawati ST MT yang dinyatakan lulus dalam sidang terbuka promosi doktor dengan disertasi berjudul Pemodelan Kanal Radio HF Skywave Multipath Multimode di Daerah Lintang Rendah, Kamis (15/8).
Dalam disertasinya, doktor ke-124 dari Departemen Teknik Elektro yang lulus dengan predikat sangat memuaskan ini, menjabarkan berbagai hal menarik yang masih luput dari perhatian publik dalam disertasinya tersebut.
Indah yang juga merupakan dosen di Universitas Muhammadiyah Surabaya ini mengakui dirinya merasa lega setelah menyelesaikan sidangnya. Terlebih lagi, ia menjalani program doktoral ini selama 12 semester (enam tahun).
Waktu yang cukup panjang dan penuh perjuangan bagi perempuan yang mengambil seluruh gelar sarjana, magister, dan doktoralnya di ITS ini.
Indah mengatakan, ia mendapatkan inspirasi setelah mengamati banyaknya kejadian bencana alam destruktif yang timbul beberapa waktu terakhir. Dalam kondisi tersebut, radio amatir frekuensi tinggi atau high frequency (HF) dianggap alumnus Teknik Elektro ITS ini memiliki peranan yang sangat penting.
Hal ini, menurutnya, disebabkan karena media propagasi (penyebaran sinyal dari satu tempat ke tempat lain, red) kanal radio HF adalah lapisan ionosfer. “Yang mana kita tahu bahwa lapisan ini tidak terpengaruh oleh bencana di permukaan bumi,” jelas perempuan kelahiran Tulungagung ini.
Ia mengungkapkan, topik yang diambilnya dalam disertasi merupakan suatu hal yang menarik dan memiliki manfaat bagi banyak orang. Terlebih lagi, radio HF kerap digunakan sebagai komunikasi darurat jika terjadi bencana.
Selain mudah digunakan, HF juga sangat pas jika dijadikan sebagai penyalur informasi di berbagai medan yang rumit. Seperti di perahu nelayan, zona bencana, dan beberapa tempat lain.
Indah berharap, topik disertasi yang telah diujinya di Ternate dan Merauke ini mampu dikembangkan alatnya hingga ke desain komunikasi digital HF.
Karena masyarakat khususnya di daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (3T) sangat memerlukan bantuan komunikasi dengan alat ini.
“Terlebih lagi saya mengambil data di Papua, di mana di situ susah banget untuk komunikasi dengan luar,” ujarnya prihatin.
Selama ini, doktor dengan dua publikasi jurnal ilmiah terindeks Scopus ini mengakui, HF hanya digunakan untuk menyalurkan suara. Sehingga ketika dapat mengirimkan pesan-pesan sederhana antarpulau, maka masyarakat sekitar tentu akan menikmati manfaat komunikasinya.
Indah menganggap Indonesia itu unik, karena berada di daerah lintang rendah geomagnetis. “Sehingga memiliki variasi yang rumit jika digunakan untuk berkomunikasi secara luas, di situlah tantangan bagi kita semua,” ujarnya mantap.
Mampu Meminimalisasi Illegal Fishing?
Seperti yang kita ketahui, daerah perairan 3T lebih rawan dibanding daerah lain. Hal ini lantaran berbagai hal seperti akses yang sulit, medan yang belum familiar, pengawasan yang kurang, dan sebagainya.
Sehingga tidak jarang menjadi lokasi favorit bagi penangkap ikan ilegal. Ketika Indah dan rekannya mengambil data di daerah Ternate dan Merauke yang notabene termasuk 3T, mereka menemukan padatnya aktivitas penggunaan radio.
Menurut mahasiswi bimbingan Prof Ir Gamantyo Hendrantoro MEng PhD ini, jika dikembangkan lebih dalam lagi, topik disertasinya dirasa mampu meminimalisasi jumlah penangkap ikan ilegal.
Tentunya, juga menjaga wilayah NKRI dan keutuhan ekosistem laut di daerah 3T. Hal ini pun tidak dibantah oleh pimpinan sidang, dosen promotor, serta penguji yang menilai sidang terbuka ini. Justru peserta sidang yang hadir, terlihat semakin antusias memperhatikan penjelasan yang disampaikan Indah. (ita)