Sumpah Palapa Embrio Persatuan Indonesia
PEMERINTAHAN PERISTIWA

Sumpah Palapa Embrio Persatuan Indonesia

Bertindak selaku Pembina Upacara Peringatan Hari Kebangkitan Nasional ke-111, Wakil Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar mengatakan, Sumpah Palapa yang dinyatakan oleh Maha Patih Gajah Mada merupakan embrio paling kuat bagi janin persatuan Indonesia.

Wilayah Nusantara yang disatukan oleh Gajah Mada telah menjadi acuan bagi perjuangan berat para pahlawan nasional untuk mengikat wilayah Indonesia yang secara de jure terwujud dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia saat ini.

Dalam naskah Sumpah Palapa yang ditemukan pada Kitab Pararaton tertulis: Sira Gajah Madapatih Amangkubhumi tan ayun amuktia palapa, sira Gajah Mada: “Lamun huwus kalah nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seran, Tanjung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana isun amukti palapa”.

“Memang ada banyak versi tafsiran atas teks tersebut, terutama tentang apa yang dimaksud dengan “amukti palapa”, umumnya para ahli sepakat bahwa amukti palapa berarti sesuatu yang berkaitan dengan laku prihatin sang Mahapatih Gajah Mada yang artinya tak akan menghentikan mati raga atau puasanya sebelum mempersatukan Nusantara,” ujar Arcandra, senin (20/5).

Sumpah Palapa lanjut dinyatakan Arcandra, merupakan embrio paling kuat bagi janin persatuan Indonesia. “Wilayah Nusantara yang disatukan oleh Gajah Mada telah menjadi acuan bagi perjuangan berat para pahlawan nasional kita untuk mengikat wilayah Indonesia. Seperti yang secara de jure terwujud dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia saat ini,” tambah Arcandra.

Peringatan Hari Kebangkitan Nasional yang ke-111 ini sangat relevan jika dimaknai dengan teks Sumpah Palapa tersebut.

“Kita berada dalam situasi pasca-pesta demokrasi yang menguras energi dan emosi sebagian besar masyarakat kita. Kita mengaspirasikan pilihan yang berbeda-beda dalam pemilu, namun semua pilihan pasti kita niatkan untuk kebaikan bangsa. Oleh sebab itu tak ada maslahatnya jika dipertajam dan justru mengoyak persatuan sosial kita,” lanjut Arcandra lagi.

Hingga detik ini, Bangsa Indonesia terbukti mampu menjaga persatuan. Oleh sebab itu, tak diragukan lagi bangsa Indonesia pasti akan mampu segera kembali bersatu dari kerenggangan perbedaan pendapat, dari keterbelahan sosial, dengan memikirkan kepentingan yang lebih luas bagi anak cucu bangsa ini, yaitu persatuan Indonesia.

Peringatan Hari Kebangkitan Nasional kali ini juga dilangsungkan dalam suasana bulan Ramadan. Bagi umat muslim, bulan suci ini menuntun untuk mengejar pahala dengan meninggalkan perbuatan-perbuatan yang dibenci Allah SWT seperti permusuhan dan kebencian.

“Apalagi penyebaran kebohongan dan fitnah. Hingga pada akhirnya, pada ujung bulan Ramadan nanti, kita bisa seperti Mahapatih Gadjah Mada, mengakhiri puasa dengan hati dan lingkungan yang bersih berkat hubungan yang kembali fitri dengan saudara-saudara di sekitar kita,” tutup Arcandra. (ist)