Riwayat Motif Batik Muslimat NU
KOMUNITAS PERISTIWA

Riwayat Motif Batik Muslimat NU

Hijau muda, kuning muda, biru, hitam, dan ungu merupakan warna di batik Muslimat NU. Warna-warna itu saling mengisi dalam bentuk daun, tangkai, bunga. Di antara bunga itu terdapat garis-garis lurus yang membentuk persegi yang beririsan.

Kemudian ada garis diagonal yang lurus juga. Dengan garis-garis seperti tampak juga bentuk kerucut yang saling berdempetan. Tiap pertemuan garis dari empat arah terdapat bunga di titiknya. Dari seluruh warna yang ada, hijau yang paling dominan.

Warna hijau itulah yang mengepung Gelora Bung Karno (GBK) Sabtu (26/1) malam hingga Minggu (27.1). Menurut keterangan panitia, mereka datang dari berbagai daerah dari seluruh Indonesia dengan menggunakan jalur darat maupun udara. Ada juga yang dari luar negeri. Diperkirakan ada 120 ribu Muslimat NU.

Menurut Ketua Umum Pimpinan Muslimat NU Hj Khofifah Indar Parawansa batik Muslimat NU seperti yang dikenal sekarang ini mulai digunakan awal kepemimpinannya, yaitu pada 2003. Desain batik itu sendiri diciptakan Danar Hadi.

“Jadi, seragam itu dulu kita berharap akan menjadi sesuatu borderles, tidak ada pembatas. Jangan yang kaya memakai baju apa. Yang tidak punya pakai baju apa. Jadi itu kan kemudian sama. Gitu,” katanya di GBK.

Setelah batik itu ditentukan, lanjutnya, kemudian pasar mencium bau uang yang besar mengingat jumlah Muslimat NU yang banyak. Sehingga batik Muslimat NU diproduski dan diperjualbelikan di berbagai daerah.

“Orang-orang Kalimantan rata-rata beli seragam di Tanahabang. Telpon, beli seragam NU, udah tahu mereka, itu artinya Muslimat NU. Dan itu murah. Hampir di semua kota bisa. Aku ke Lubuk Linggau kira-kira setahun lalu, ada toko yang jualan seragam Muslimat,” jelasnya.

Makin banyak orang yang memproduksi, lanjutnya, makin mudah anggota Muslimat NU mendapatkannya. Karena banyak yang memproduksi, harganya pun menjadi lebih murah.

“Tetapi akhirnya warnanya rada blontang-blontang. Kalau ada warna ungunya kuat, iki produksinya Pekalongan, saya tahu. Kalau kuningnya agak banyak, mesti produksi Semarang. Sedikit kemudian variatif, tapi kemudian ya mirip-mirip. Pokoke, tapi aku tambah seneng.” (nuonline)