Mengenakan pakaian adat Jawa, seluruh jajaran petinggi Rumah Sakit Pendidikan Universitas Airlangga (RSUA) menyambut kedatangan tim dari Kemenkes serta Dinkes Jatim. Kunjungan dalam rangka visiting pelayanan kesehatan tradisional integrasi.
Dalam memberikan pelayanan kesehatan yang menyeluruh untuk masyarakat, RSUA terus melakukan inovasi setiap tahun. Termasuk, mulai dikembangkannya produk pengobatan tradisional.
Poli Pengobatan Tradisional (Battra) diresmikan pada 30 Oktober 2015 sebagai salah satu layanan di Rumah Saki Pendidikan UNAIR.
Sejak dibuka pelayanan, Poli Battra RS UNAIR memberikan layanan antara lain obat-obatan tradisional, jamu, akupunktur, bekam, dan pijat wajah.
Poli Battra bekerjasama dengan Program Studi Pengobatan Tradisional Fakultas Vokasi UNAIR terus melakukan riset, inovasi, dan publikasi.
Dalam risetnya, Prodi Battra bersinergi bersama beberapa fakultas dan bidang ilmu di UNAIR. Di antaranya Fakultas Kedokteran, Fakultas Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran Hewan, Fakultas Vokasi, dan Fakultas Sains dan Teknologi.
Bertitik tumpu pada penelitian, pengembangan, serta pendidikan, menjadikan RS UNAIR menjadi faktor penunjang pengembangan Poli Battra sebagai salah satu pioner pengobatan tradisional di Indonesia di masa depan.
Battra juga berkolaborasi dengan startup buatan ikubator bisnis UNAIR bernama Goolive sebagai upaya mengembangakan pelayananan dan pemberdayaan SDM di Poli Battra RS UNAIR.
Dalam kesempatan itu, Direktur RS UNAIR Prof Dr Nasronudin SpPD menyebutkan beberapa karya obat milik civitas akademika UNAIR yang berkolaborasi dengan beberapa perusahaan besar seperti PT Asimas, PT Konimek, PT Kalbefarma, PT Indofarma, PUSVETMA dan Kimia Farma, serta RSUD Dr Soetomo.
Sebagai upaya branding pengobatan tradisional, RS UNAIR melibatkan seluruh elemen yang ada di bawah naungannya. Termasuk testimoni pasien.
Prof Nasronudin mengatakan, dengan kredibilitas SDM yang dimiliki UNAIR, akan menjadi salah satu faktor pendukung pemasaran produk pengobatan tradisional di tengah masyarakat yang masih terdoktrin obat kimia.
Ia juga berharap tidak ada lagi embel-embel instansi dalam menyebut merk produk, agar diselaraskan menyebut produk milik Indonesia.
Perwakilan Kementerian Kesehatan Kasubdit Yankestrad Integrasi Republik Indonesia dr Gita Swisari MKM mengatakan bahwa Kemenkes akan membuat assessment untuk membantu pelaksanaan pengembangan Poli Battra yang ada di RS UNAIR.
RS UNAIR di masa depan diharapkan lebih proaktif menjadi rumah sakit dengan strategi tata kelola internasional, namun tetap mengadopsi tata kelola tradisional. (ita)