Gubernur Jatim Dr H Soekarwo mengajak kepada para orang tua dan guru untuk bersama-sama membicarakan jumlah mata pelajaran (Mapel) yang akan diberikan kepada peserta didik.
Apalagi menurutnya, permasalahan banyaknya Mapel yang harus dipelajari oleh para peserta didik membutuhkan penyelesaian segera. Dan substansi dasar di dunia pendidikan dinilainya berada pada peran orang tua dan guru.
“Oleh karena itu orang tua dan guru harus berkomunikasi dan bersama-sama agar ada satu kata dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi seorang siswa,” ungkapnya di hadapan puluhan ribu guru dari seluruh Jawa Timur saat menghadiri puncak acara Peringatan Hari Guru Nasional, HUT ke 73 PGRI dan Hari Aksara Internasional ke 53, di Stadion A. Yani, Kab. Pamekasan, Sabtu (17/11).
Melihat pentingnya peran kedua sosok tersebut, Gubernur Jatim yang sering disapa Pakde Karwo itu meminta agar keduanya duduk bersama menentukan jumlah Mapel yang layak untuk dipelajari. Termasuk dengan Dinas Pendidikan sebagai perwakilan pemerintah.
“Saat sekolah dahulu hanya tiga mapel yang didapat, yaitu bahasa, berhitung dan pengetahuan umum, tapi sekarang banyak,” ujarnya.
Selain mengkomunikasikan jumlah Mapel, Pakde Karwo juga mengajak kepada para guru untuk mempersiapkan anak didik mereka mengenal perkembangan teknologi digital.
Pertama peningkatan kemampuan dan kualitas dalam menghadapi berkembangnya dunia digital (cyber technology), serta peningkatan kemampuan sosial budaya.
Kemampuan sosial budaya menurutnya bagaikan air jernih yang mengalir membersihkan kotoran-kotoran. Dalam perkembangan dunia digital terdapat dua sisi mata pisau, yakni hal keburukan dan kebaikannya.
“Artinya, pengetahuan sosial budaya diajarkan kepada anak didik sebagai penangkal sisi negatif atau menyaring dan memfilter berkembang dunia digital atau cyber tecknology,” paparnya.
Hal tersebut bisa berupa tata sopan santun, adat-istiadat, akhlak, dan ilmu agama. Menurut Pakde Karwo, pendidikan tersebut penting diberikan agar anak didik dapat secara spontan mengetahui sisi negatif dari perkembangan dunia digital.
Sebelum mengakhiri sambutannya, Pakde Karwo meminta kepada seluruh guru agar tidak melakukan demonstrasi dalam menyampaikan aspirasi.
Pakde Karwo mengajak, lebih baik duduk bersama di Gedung Negara Grahadi Surabaya melakukan dialog membicarakan segala permasalahan dengan mencarikan solusi.
“Apabila melakukan demonstrasi di jalan ditakutkan akan disusupi orang lain yang mempunyai kepentingan lain dan bisa menimbulkan perbuatan anarkis,” jelasnya.
Saat disinggung masalah keberadaan guru honorer, Pakde Karwo mengatakan, bahwa Pemprov Jawa Timur memfasilitasi para guru tidak tetap (GTT).
Keberadaan mereka dinilai Pakde Karwo sangat dibutuhkan. Akan tetapi, untuk menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) harus melalui proses sesuai undang-undang.
“Kalau untuk mengubah undang-undang itu merupakan wewenang DPR Pusat,” jelasnya.
Sementara itu, Ketua Umum PB PGRI Dr Unifah Rasyidin mengatakan, bahwa PGRI sebagai organisasi profesi berperan untuk memerangi dan melawan kebodohan.
Selain itu juga untuk mengangkat harkat dan martabat guru. Sejalan dengan berkembangnya dunia digital, PGRI menantang semua guru untuk mempunyai andil dalam gagasan ikut mengembangkan dunia digital.
“Guru harus inspiratif, perannya tidak bisa tergantikan oleh teknologi walaupun perkembangan teknologi begitu cepat,” ungkapnya.
Oleh karena itu, Unifah Rasyidin berharap agar seluruh guru harus terus meningkatkan ilmu pengetahuannya, seiring dengan perkembangan teknologi.
“Caranya ya dengan mengikuti inovasi, saling terbuka dan membuka jejaring, serta harus senang membaca agar tidak terjerat oleh berita yang tidak benar alias hoax,” tuturnya.(ita)