Berdasar agenda akademik Universitas Airlangga (UNAIR) pada September 2018, diadakan tiga agenda pelantikan wisuda oleh Rektor Prof Dr Muhammad Nasih SE MT Ak CMA, yakni pada Sabtu (8/9), Minggu (9/9), dan Selasa (11/9).
Agenda wisuda Minggu menjadi hal yang tidak terlupakan bagi salah seorang mahasiswa UNAIR asal Timur Tengah. Adalah Ahmed Muhammad Omar Al-Madani. Salah seorang mahasiswa UNAIR asal Gaza, Palestina, itu diwisuda bersama total 3.667 lulusan lainnya.
Ahmed, sapaan akrabnya, tercatat sebagai mahasiswa UNAIR program studi S3 Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP). Sebelum itu, Ahmed menjalani ujian doktor terbuka di Ruang Adi Sukadana, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UNAIR pada Senin (16/7).
Disertasi berjudul “Hamas And Iran : A Strategy Alliance Betwen A State And A Non State Actor (2005-2015)” mengantarkan Ahmed merengkuh gelar doktornya di UNAIR. Hingga akhirnya, dia diwisuda rektor pada Minggu (9/9) bersama 1.330 lulusan.
Mengenai perjalanan panjangnya menempuh pendidikan di UNAIR, Ahmed masuk dan tergabung menjadi mahasiswa UNAIR secara resmi terhitung sejak November 2013. Hal itu diakbatkan kondisi negaranya yang kurang kondusif, hingga Ahmed tertahan di perbatasan.
Ahmed mengenang kisahnya hingga sampai di Indonesia, tepatnya di Surabaya. Dia mesti melakukan banyak perjalanan. Bahkan, melakukan tak sedikit upaya penjelsan kepada penjaga perbatasan.
”Untuk keluar dari Gaza, saya harus melewati Rafah Border. Rafah Border merupakan pembatas antara Gaza dan Mesir. Rafah Border selalu tertutup dan hanya orang orang tertentu yang bisa mengaksesnya,” kenangnya, seperti dikutip PIH UNAIR.
Setiap hari Ahmed mestu pergi ke Rafah Border. Tujuannya hanya satu, yaitu melakukan negoisasi kepada penjaga di sana. Terutama agar dia bisa keluar dan terbang ke Indonesia.
“Waktu itu, hanya ada dua pilihan, saya tetap tinggal di Gaza dengan situasi yang seperti ini atau saya keluar dari Gaza dan membuat hidupku lebih baik (melanjutkan pendidikan, Red),” ungkapnya.
Ahmed akhirnya berkesepatan menerima Beasiswa Unggulan untuk mahasiswa asing yang diberikan Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Hingga, perjuangannya itu berbuah. Ahmed menyelesaikan pendidikan S3-nya di UNAIR.
Dalam wisudanya di Airlangga Convention Center, Kampus C UNAIR, Ahmed diwisuda bersama lulusan S3 FISIP yang lain. Ada hal yang tampak berbeda dalam prosesi wisudanya kali ini.
Tepatnya saat namanya dipanggil untuk mendapat sertifikat wisuda. Ahmed terlihat mengenakan selendang atau slayer bergambar bendera Palestina dengan dominasi warna merah, putih, hijau, dan hitam.
Rektor UNAIR pun memberikan selamat kepada Ahmed. Tak disangka, Ahmed mengalungkan selendang berbendera Palestina itu kepada rektor yang tampak menyambut prosesi itu. Tepuk tangan dari para wisudawan dan undangan yang hadir sontak terdengar.
”Terima kasih Universitas Airlangga. Terima kasih Indonesia. Atas kesempatan dan pengalaman ini,” ungkap Ahmed. (ita)