Kementerian Pariwisata (Kemenpar) melakukan sosialisasi Indonesia Sustainable Tourism Awards (ISTA) 2018 di Raja Ampat, Papua Barat, 23-24 Agustus 2018. Sosialisasi ISTA 2018 ini diselenggarakan dalam rangka penyelenggaran kembali penghargaan Indonesia Sustainable Tourism Award (ISTA) 2018.
Menurut Tenaga Ahli Menteri Pariwisata Bidang Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan Valerina Daniel Desa Arborek di Raja Ampat dipilih sebagai lokasi sosialisasi karena Desa Arborek merupakan salah satu desa wisata yang telah mengembangkan peraturan mengenai konservasi laut.
“Sebagai salah satu kampung wisata di Papua Barat, desa wisata Arborek sudah mulai mengembangkan peraturan lokal mengenai konservasi laut berbasis kemasyarakatan. Dan pada penyelenggaraan ISTA 2017 mendapatkan penghargaan Green Award dalam bidang “Pemanfaatan Ekonomi untuk Masyarakat Lokal,” kata Valerina.
Pada tahun ini tema yang dipilih untuk ISTA 2018 ini adalah “Kearifan Lokal untuk Pariwisata Berkelanjutan” untuk mendukung tercapainya praktik pariwisata yang memanfaatkan sebesar-besarnya potensi lokal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.
Pariwisata berkelanjutan sendiri dapat diartikan sebagai kegiatan pariwisata yang memperhatikan prinsip 3P (People, Planet, Prosperity).
Valerina menjelaskan maksud dari aspek “people” adalah kewajiban untuk memperhatikan apa keinginan wisatawan dengan mengajak mereka untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan komunitas lokal.
Lalu aspek planet adalah kewajiban untuk merawat dan menjaga lingkungan atau tempat-tempat wisata. Terakhir “prosperity” yaitu kewajiban untuk memperhatikan nilai-nilai ekonomis dari sebuah tempat wisata dan dampaknya terhadap penduduk lokal destinasi pariwisata tersebut.
“Raja Ampat sebagai destinasi wisata yang sedang berkembang di wilayah timur Indonesia saat ini, diharapkan mampu menjadi surga pariwisata yang mendorong masyarakat untuk terlibat aktif dalam mempromosikan sekaligus menjaga laut sebagai potensi wisata lokal terbesarnya,” kata Valerina.
Menteri Pariwisata Arief Yahya juga sangat concern terhadap sustainable tourism, tidak hanya untuk kelestarian ekosistem tapi juga meningkatkan daya saing pariwisata.
“Nature maupun culture harus lestari dan berkelanjutan agar dapat menjadi sumber devisa yang tak berhenti. Program pariwisata berkelanjutan juga terbukti meningkatkan daya saing pariwisata Indonesia,” kata Menpar.
Berdasarkan Travel and Tourism Competitiveness Index (TTCI), World Economic Forum (WEF), pada 2017 daya saing pariwisata Indonesia naik ke peringkat 42 dari peringkat 50 pada 2015.
Raja Ampat merupakan destinasi wisata eksotis yang dikenal sebagai surga tersembunyi di wilayah timur Indonesia. Pada tahun 2015, Dinas Pariwisata Kabupaten Raja Ampat mencatat kunjungan sebanyak 14.137 wisatawan mancanegara dan domestik.
Pada tahun 2021, diperkirakan 92 ribu wisatawan berkunjung ke Raja Ampat. Kenaikan angka pengunjung yang kebanyakan dari luar negeri ini diharapkan mampu mendongkrak perekonomian lokal.
Selain destinasi eksotis Piaynemo, salah satu destinasi wisata di Raja Ampat yang sudah menerapkan prinsip Pariwisata Berkelanjutan adalah Desa Wisata Arborek. Terletak di Pulau Arborek, Distrik Meomansar, Papua Barat, desa ini berpopulasikan 197 orang dan terkenal akan keindahan bawah lautnya serta kerajinan tangan topi dan noken. (sak)