Nama Suryo Agung sebagai “Manusia Tercepat se Asia Tenggara” pernah mengharumkan nama Indonesia di ajang ASEAN Games 2009 Laos.
Catatan waktu lari tercepatnya 10,17 detik di nomor 100 meter sampai saat ini belum terpecahkan oleh pelari Indonesia lainnya. Dia berharap Asian Games 2018 nanti jadi ajang pelari muda Indonesia untuk mengharumkan nama bangsa.
Di Asian Games 2018 mendatang, cabang olahraga atletik akan digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno. Sebuah tempat bersejarah yang menjadi kebanggaan bangsa.
Suryo berharap masyarakat bisa memadati tribun stadion dan memberikan dukungan penuh kepada atlet-atlet Indonesia.
“Bertanding di tempat bersejarah itu gak gampang. Hanya berapa orang yang bisa berlari di situ. Ibarannya, kalau di sepak bola, penonton adalah pemain ke-12,” kata Suryo.
“Situasi-situasi ini yang harus kita maksimalkan dan mungkin memberikan hasil di luar perkiraan. Jadi saya berharap masyarakat Indonesia menonton atletik, ibu olahraga,” tutup dirinya.
Pria yang lahir pada 8 Oktober 1983 ini yakin prestasi hanya bisa didapatkan melalui dedikasi. Ia rela memotong waktu bermain dan meninggalkan keluarga. Sudah tak terhitung berapa kali ia muntah akibat latihan. Semua pengorbanan itu tidak sia-sia.
Perjalanan Suryo berawal dari seleksi POPDA kota Solo pada tahun 2000. Setelah berkali-kali gagal menembus seleksi tim sepakbola, ia memilih untuk mencoba peruntungan di lompat tinggi.
Dalam seleksi tersebut, Suryo justru berhasil menjadi yang terbaik dalam nomor lari 100m. Ia pun dikirim ke POPDA untuk dua nomor dan mampu membawa pulang dua medali emas.
Prestasi tersebut membuat Suryo ditawari untuk mengikuti Kejurnas Junior di Jakarta. Ia diberi target untuk bisa melewati garis finish dengan catatan waktu di bawah 11,20 detik. Jika berhasil, maka Suryo diperbolehkan masuk ke PPLP di Salatiga.
“Kita main di Stadion Madya, Jakarta. Saya mencatatkan waktu 11,11 detik ketika pertama kali lari. Tiket PPLP sudah di tangan. Akhirnya, saya sampai final dan menempati peringkat ke-5,” ujarnya
Suryo mendapatkan emas pertamanya di SEA Games 2009. Dalam pertandingan yang digelar di Vientiane, Laos tersebut Suryo mencatatkan namanya sebagai pelari tercepat se-Asia Tenggara dengan catatan waktu 10,17 detik. Suryo memecahkan rekor berusia 20 tahun milik pelari legendaris Indonesia, Mardi Lestari.
Yang menarik, Suryo mengaku telah memiliki firasat baik sebelum bertanding. Ia mengklaim garis finis terasa dekat ketimbang biasanya. Dari situ, muncul optimisme bisa mempertahankan emas yang didapatkan dua tahun sebelumnya.
“Ketika finish, aku selebrasi dulu. Lalu Fadlin (atlet lari Indonesia) memberitahu bahwa aku memecahkan rekor. Aku melihat papan skor dan melihat angka 10,17 detik. Aku semakin teriak-teriak,” kenang Suryo.
Rekor Suryo sendiri hampir dipecahkan oleh Lalu Muhammad Zohri yang menjuarai Kejuaraan Dunia Atletik Junior dengan catatan waktu 10.18 detik pada 11 Juli 2018.
Suryo berharap rekornya mampu dipecahkan oleh atlet lain dari Indonesia, tetapi ia tidak ingin memberikan beban kepada siapapun.
“Saya pikir ini hanya tinggal menunggu waktu. Cepat atau lambat (rekor saya pasti pecah). Yang penting, Zohri tetap memberikan yang terbaik. Saya tidak ingin membebani dia. Jenjang dia masih panjang,” ucapnya. (sak)