Sebagai kampus kelas dunia, mahasiswa yang menempuh di Universitas Airlangga tidak hanya berasal dari Indonesia, tapi juga dari berbagai belahan dunia.
Salah satunya Ahmed Muhammad Omar Al- Madani, mahasiswa asal Gaza, Palestina yang menjalan ujian doktor terbuka di Ruang Adi Sukadana, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unair Senin (16/7).
Ahmed merupakan mahasiswa S3 Ilmu Sosial FISIP Unair, sejak November 2013. Ia menempuh studi dengan mendapatkan Beasiswa Unggulan untuk mahasiswa asing yang diberikan oleh Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Perjalanan yang tidak mudah sering dijalani Ahmed sebelum studi di Indonesia. Salah satunya proses untuk keluar dari negaranya.
Seperti yang pernah Ahmed tuturkan kepada Unair News, seharusnya ia tiba di Indonesia dan melangsungkan kegiatan perkuliahan pada September 2013. Namun, keadaan yang ada di negaranya membuat ia harus tertahan hingga November 2013.
Untuk keluar dari Gaza, Ahmed harus melewati Rafah Border. Rafah Border merupakan pembatas antara Gaza dan Mesir. Rafah Border selalu tertutup dan hanya orang-orang tertentu yang bisa mengaksesnya.
Setiap hari Ahmed datang ke Rafah Border untuk melakukan negoisasi pada penjaga disana agar ia bisa keluar dan terbang ke Indonesia. Tepat November 2013 setelah negoisasi yang sulit akhirnya Ahmed berhasil melewati Rafah Border dan terbang ke Indonesia.
“Hanya ada dua pilihan, aku tetap tinggal di Gaza dengan situasi yang seperti ini atau aku keluar dari Gaza dan membuat hidupku lebih baik”.
Penggalan kata itulah yang ia katakan saat menceritakan kisah perjuangan melewati konflik di negaranya, hingga berhasil melewati Rafah Borders untuk sampai di Indonesia.
Konflik Gaza bukan hal mudah bagi dirinya. Namun, karena perjuangan dan doa di tengah suara meriam, ia kini akan mendapatkan gelar doktor di bidang ilmu sosial. Disertasinya berjudul ‘Hamas and Iran : A Strategy Alliance Between A State and A Non State Actor (2005-2015)’.
Secara lebih lanjut, imbuhnya, dalam disertasi itu ia mencoba menjabarkan tujuan dari hubungan antara Hamas dan Iran, serta dampak yang ditimbulkan terhadap negara Palestina atas konflik yang terjadi.
“Hasil penelitian menunjukkan bahwa Iran membina hubungan dengan Hamas atas dasar agama kepada masyarakat Sunni. Iran dan Hamas juga membatasi Hubungan sebatas ranah politik saja,” paparnya.
Berkat disertasinya yang sangat baik, panitia penguji menyatakan bahwa ia diterima dan lulus dengan predikat Sangat Memuaskan. Ahmed dinobatkan menjadi doktor ke-214 FISIP Uanir. Selamat! (ita)