Kebijakan impor semen yang dibuka pemerintah berpengaruh pada produksi semen dalam negeri. Para pengusaha semen di Indonesia terkena imbas akibat kebijakan tersebut, tak terkecuali PT Semen Indonesia. Perusahaan semen milik BUMN ini juga menerima dampak dari kebijakan tersebut.
“Akibat kebijakan tersebut, pertumbuhan pasar semen di dalam negeri kecil. Dalam periode yang sama tahun lalu, pasar hanya tumbuh 5-8 persen, ujar Kepala Biro Hubungan Media PT Semen Indonesia, Sigit Wahono melalui rilisnya.
Dari jumlah itu, di antaranya pertumbuhan dibukukan PT. Semen Indonesia. Dibanding periode yang sama tahun lalu, Semen Indonesia tumbuh sekitar 1,1 persen yakni, dari 23,3 juta ton menjadi 24,6 juta ton.
Hanya, pertumbuhan penjualan itu tak berbanding lurus dengan pendapatan yang dihasilkan. “Justru Semen Indonesia mengalami penurunan profit sampai 50 persen dibanding (periode yang sama) tahun lalu,” katanya.
Menurut Sigit, hal itu akibat dampak kebijakan impor semen yang dibuka lagi oleh pemerintah. Sementara persaingan pasar semakin sengit dengan semakin banyaknya pengusaha semen.
“Akibatnya, harga (semen) kita tertekan. Bisa menjual banyak, namun keuntungan kurang karena harga jual rendah, kata dia.
Selain itu, kelebihan produksi semen di dalam negeri juga menjadikan harga tertekan. Dia menyebut, dari seluruh pabrik semen di Indonesia, kapasitas produksinya mencapai 107,4 juta ton per tahun.
Sedangkan kebutuhan di dalam negeri hanya sekitar 66,5 juta ton atau sekitar 64 persen. Semen Indonesia hanya produksi 90 persen dari total kapasitas produksinya. Jadi pasar semen nasional sangat kompetitif, katanya. (sak)