Teaching Industry Stem Cell dan Metabolit Stem Cell Universitas Airlangga (Unair) Surabaya diresmikan langsung oleh Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Prof Muhammad Nasir pada Rabu (11/7).
Bertempat di gedung Lembaga Penyakit Tropis (LPT), Kampus C Unair, Menristekdikti disambut langsung Rektor Unair Prof Nasih bersama jajaran pimpinan lainnya. Selain itu, turut hadir Ketua Pusat Penelitian dan Pengembangan Stem Cell (P3SP) dr Purwati SpPD K-PTI FINASIM.
Dalam sambutannya, dr Purwati mengatakan bahwa P3SP merupakan salah satu unsur penunjang Unair yang memiliki tugas utama melakukan penelitian dan pengembangan di bidang stem cell dan produk-produk yang terkait stem cell.
P3SP merupakan pusat penelitian dan pengembangan stem cell hasil kolaborasi antara Unair dengan RSUD dr. Soetomo.
“Stem cell menjadi harapan baru bagi dunia kedokteran ketika perkembangan medical treatment internasional mulai meninggalkan syntetic ke biologycal. Dan hal itu sudah sesuai dengan revolusi industri 4.0,” kata Ketua P3SP dr Purwati.
Disebutkan, ada tiga institusi yang berperan dalam Teaching Industry P3SP. Ialah Kemenristekdikti terkait dana hibah, P3SP terkait transfer teknologi, dan dunia industri sebagai media hilirisasi.
“P3SP Unair memiliki beberapa divisi seperti divisi produk, pemasaran dan lainnya. Kesiapan ini membuat target produksi 200 liter stem cell per tahun dipatok,” kata dr Purwati.
Ditambahkan, yang mengejutkan, berdasarkan hitungan dari lembaga terkait dan dari FEB Unair, dalam 16 tahun P3SP bisa menghasilkan Rp 18,6 Triliun. Hal itu, setelah dihitung biaya produksi, peralatan, gedung dan lainnya.
Selain itu, menurut dr Purwati, P3SP juga membuat buku yang akan menjadi modul dan dibagikan ke kampus-kampus sebagai dasar produksi stem cell. Selain buku, tim P3SP juga menerbitkan jurnal serta mengadakan workshop yang mengusung isu stem cell.
Sementara itu, menanggapi pernyataan dr. Purwati, Menristekdikti berpesan bahwa capaian ilmu yang tinggi tidak lantas menjadi suatu lembaha menutup diri. P3SP dan Unair diminta agar terbuka dan terus mengembangkan stem cell.
Di lapangan, menurutnya, banyak pabrikan farmasi ingin mengembangkan stem cell namun gagal karena tidak menggandeng perguruan tinggi.
Menanggapi kerjasama P3SP dengan Phapros, M Nasir menegaskan agar menggandeng Badan POM jika ingin berkembang. Untuk itu, Badan POM diharuskan tahu proses input sampai output.
Kemudian, pada tahun 2018 pemerintah telah mengalokasikan anggaran Rp 9,3 miliar untuk pengembangan stem cell.
“Dengan demikian, mudah-mudahan dengan stem cell yang telah dibangun Unair ini betul-betul akan bermanfaat bagi para peneliti dan industri yang akan menggunakan,” kata M Nasir.
“Dan semua akan mendapat nilai tambah yang lebih baik. Selamat kepada Unair yang memiliki teaching industry stem cell ini semoga kedepan berkembang dengan baik.” (ita)