Sejumlah mahasiswa tingkat akhir Program Studi Teknik Elektro Sekolah Teknik Elektro dan Informasi (STEI) ITB beberapa waktu lalu menggelar pameran inovasi bertajuk Electrical Engineering Days 2018 (EEDays 2018).
Acara yang digelar di Aula Timur ITB ini menampilkan berbagai karya tugas akhir (TA) yang menggunakan sistem elektronik dalam memecahkan berbagai masalah. Salah satu produk yang bergerak dalam pemecahan masalah kesehatan adalah Hemocare.
Produk yang digagas Resti Oktia, Clinton Elian dan Putut Dewantoro ini merupakan sebuah alat yang dapat melakukan pengukuran kadar hemoglobin (sel darah merah) dalam darah pasien secara non invasif. Proses non invasif ialah proses pengukuran yang dilakukan tanpa perlu mengambil sampel darah pasien.
Menurut Resti, salah satu penggagas Hemocare, metode pengecekan darah yang ada saat ini (secara invasif) tidak efektif, karena menggunakan jarum suntik.
“Selama ini pengecekan darah itu perlu ambil darah menggunakan jarum suntik kan, sedangkan banyak orang yang takut di suntik. Selain itu penggunaan jarum suntik juga dapat menimbulkan resiko infeksi,” ungkapnya.
Selain menimbulkan ketakutan, pemeriksaan darah di laboratorium juga perlu dilakukan secara keseluruhan, padahal misalnya pasien hanya perlu mengukur hemoglobin. “Pemeriksaan darah di lab harus secara keseluruhan, kan jadi mahal. Jadi kita mau bikin satu alat yang cuma dibeli sekali bisa dipakai sering,” kata Resti.
Pengukuran di lab juga membutuhkan waktu lama untuk menunggu hasilnya keluar, “Terus soal waktu juga, kalau misalnya uji lab lama kan menunggu hasilnya, kalau ini cuma perlu menunggu 30 detik sudah langsung keluar hasilnya.”
Dalam pembuatan produk ini, ketiga mahasiswa dibimbing Dr Hasballah Zakaria ST MSc dan Dr dr Yoke Saadia Irawan MT. Menurut Resti, pembuatan dari hemocare sendiri diawali dari pembuatan rancangan pada Agustus sampai dengan akhir tahun 2017. Dan pembuatan alat sendiri dimulai pada Januari hingga April 2018.
Untuk penggunaannya, pasien hanya perlu menjepitkan jarinya ke dalam alat, kemudian tunggu beberapa detik sampai akhirnya hasil perhitungan tertera pada aplikasi di smartphone yang telah terhubung dengan alat melalui jaringan bluetooth.
Sebenarnya bagaimana cara kerja Hemocare, dan mengapa alat ini dapat mengukur kadar hemoglobin dalam darah tanpa pengambil sampel darah itu sendiri?
“Dalam jari itu ada darah dan darah itu memiliki warna-warna yang bisa diserap sinyal Photoplethysmograph (PPG), lalu akan dilanjutkan ke sensor diode yang akan menerima keterserapan cahaya. Setelah sensor menerima sinyal PPG, dilakukan kalkulasi terhadap konsentrasi hemoglobin,” jelasnya.
Resti berharap, kedepannya produk ini dapat diproduksi secara pabrikan. “Kalau diproduksi pabrikan modal pembuatannya bisa dibawah Rp 100 ribu,” ujarnya. Harga tersebut tentunya sangat terjangkau dibandingkan biaya pengecekan darah di laboratorium yang ada saat ini.
Namun sebelum itu, menurutnya perlu dilakukan perbaikan pada beberapa bagian alat, seperti di bagian sensor, dan casing produk yang ukurannya masih terlalu besar dibanding komponen dalamnya. (sak)