Kanker merupakan salah satu penyakit yang sulit diatasi dengan frekuensi yang semakin meningkat. Sementara itu, pengobatan kanker memerlukan biaya yang tinggi. Mengingat Indonesia sangat kaya dengan tanaman obat, maka salah satu strategi yang perlu diperhatikan yaitu memelajari kemungkinan pengobatan dari alam.
Sambiloto (Andrographis paniculata NESS) dikenal dan digunakan secara luas di kawasan Asia, terutama Indonesia, untuk mengobati berbagai gangguan kesehatan.
Andrografolida merupakan salah satu senyawa aktif utama dari Sambiloto. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa andrografolida mempunyai efek antioksidan, antiinflamasi, imunostimulan, antimalaria, serta antikanker.
Prinsip kerja obat antikanker adalah menekan pertumbuhan dan proliferasi sel kanker yang aktif, namun sebagian besar bersifat tidak selektif sehingga menimbulkan efek toksik terhadap sel normal. Potensi andrografolida sebagai calon obat antikanker sangat menjanjikan.
Sejalan dengan uji efikasi untuk menilai efek terapi suatu calon obat maka harus dilakukan uji toksisitas untuk memastikan bahwa zat aktif ini aman untuk manusia, mulai dari masa embrio hingga usia lanjut.
Keamanan andrografolida harus dipastikan sebelum diaplikasikan sebagai obat pada manusia. Sebuah penelitian empiris menyatakan bahwa sambiloto tidak dianjurkan untuk diberikan pada ibu hamil dan ibu menyusui.
Hingga saat ini, belum ada data yang bermakna bahwa andrografolida dan ekstrak sambiloto mempunyai efek toksik terhadap viabilitas dan siklus sel punca mesenkimal (SPM) serta proses diferensiasi SPM menjadi osteoblas.
Berdasarkan latar belakang tersebut, diperlukan penelitian untuk menganalisis efek andrografolida dan ekstrak/fraksi sambiloto terhadap viabilitas, siklus, serta faktor transkripsi diferensiasi BMMSC menjadi osteoblas.
Pemaparan penelitian tersebut dipresentasikan dr Wening Sari MKes pada sidang disertasi doktoralnya, beberapa waktu lalu di Teaching Theatre Lt. 6 Gedung IMERI FKUI, Salemba. Disertasi berjudul “Efek Andrografolida dan Ekstrak Sambiloto (Andrographis paniculata NESS) terhadap Viabilitas, Siklus Sel, serta Faktor Transkripsi Diferensiasi Bone Marrow Mesenchymal Stem Cells (BMMSC) Menjadi Osteoblas” berhasil dipertahankan dihadapan tim penguji.
Bertindak selaku ketua tim penguji dr Wawaimuli Arozal MBiomed PhD dengan anggota tim penguji Prof dr Mohammad Sadikin DSc, dr Radiana Antarianto MBiomed PhD; dan Prof Dr Abdul Salam M Sofro PhD SpKT(K) dari FK Universitas YARSI.
Di akhir sidang, Dr dr Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH MMB selaku ketua sidang mengangkat dr Wening Sari MKes sebagai Doktor dalam bidang Ilmu Biomedik di FKUI. Promotor Prof dr Fransiscus D Sujatna PhD SpFK(K) dan ko promotor Prof Dr dr Erni Hernawati Purwaningsih MS dan Yuyun Kusnadi PhD (Stem Cell and Cancer Institute) berharap hasil penelitian ini dapat memberikan informasi ilmiah untuk memahami potensi risiko dan keamanan andrografolida serta ektrak herba sambiloto sebagai calon obat antikanker terhadap viabilitas dan proliferasi BMMSC pada tingkat seluler dan molekuler. (sak)