Pemkab Bojonegoro melalui dinas pariwisata bekerjasama dengan House of Martini Suarsa mengadakan acara Java Visit For Batik and Tourism of Bojonegoro Collaboration Culture BWI Internasional Qipao Pageant 2018.
Bertempat di Lotus Ballroom Hotel Grand Aston Jogjakarta, akhir pekan lalu, kegiatan in merupakan kolaborasi antara dua budaya yaitu budaya indonesia dan cina.
Hadir KRT Gondohadiningrat perwakilan Keraton Jogja, sejumlah pejabat Pemprov DIY, para kepala OPD di lingkup Pemkab Bojonegoro, jajaran Akademisi UPN Veteran Jogja serta UGM, dan para undangan lainnya.
Martini Suarsa selaku Founder House of Martini Suarsa menyampaikan bahwa meskipun bukan lagi warga Bojonegoro namun ia ingin sekali bisa memberikan kontribusi kepada Bojonegoro.
Bentuk dari Kontribusi adalah mengenalkan batik Bojonegoro ke kancah Internasional. Sehingga batik Bojonegoro tidak hanya dikenal di dalam negeri namun juga dikenal mancanegara.
Selain itu kerja sama dengan BWI (Blue and White Internasional) adalah merupakan langkah yang perlu diambil agar batik Bojonegoro bisa dikenal di mancanegara.
Rencananya, ia dengan BWI akan mengadakan acara Qipao Pageant di Singapura dimana acara itu akan diselenggarakan selama 7 hari pada Oktober 2018.
Pada acara tersebut, akan berkolaborasi dengan cina dalam memempromosikan pariwisata serta budaya masing-masing negara. Ia hanya membuka pintu bagi anak-anak Bojonegoro yang ingin bersaing dalam pasar global.
Miss Ada Goh selaku founder Blue and White Internasional menyampaikan bahwa kegiatan ini sangat positif untuk dilakukan. Karena bisa menambah serta meningkatkan produktifitas diantara kedua belah pihak.
Diharapkan nanti ke depan bisa saling terus mendukung dalam memajukan kebudayaan masing-masing. Selain itu acara ini bisa mendorong kreativitas masyarakat dalam berkreasi.
Pj Bupati Bojonegoro, Suprianto menyampaikan bahwa bojonegoro sendiri tidak memiliki gunung yang tinggi, serta lautan luas, namun Bojonegoro memiliki warisan Geopark yang terbesar dimana luasnya mencapai 2384,02 m persegi.
Salah satunya bisa dilihat adalah yang ada di Wonocolo yang disebut dengan “The Little Texas Wonocolo” serta ada Kayangan Api yang keindahannya bisa dinikmati sampai saat ini.
Terkait Geopark, tentu saja punya harapan yang lebih besar terhadap pengakuan UNESCO untuk geopark nasional Bojonegoro ini kedepannya tidak hanya dikenal di dalam negeri namun juga dapat dikenal di luar negeri.
Dengan adanya kerjasama pariwisata dan budaya yang bertema geopark Bojonegoro ini merupakan peluang baik agar wisata bojonegoro bisa dikenal masyarakat dunia.
Terlebih lagi Geopark Bojonegoro ini bisa menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan dan perlindungan konservasi eksposur batu/fosil/bentang alam menuju UNESCO Global Geopark Network (GGN).
Selain itu, juga memiliki budaya lokal dan memiliki suku samin, yang budayanya dinamakan budaya samin. Dimana mereka hidup dengan menjalankan nilai-nilai kejujuran, keluhuran serta kesederhanaan.
Hal tersebut tentu dapat menarik masyarakat untuk belajar bagaimana hidup bersahaja. keterlibatan masyarakat setempat seperti POKDARWIS (kelompok Sadar Wisata), ASIDEWI (Asosiasi Desa Wisata) serta kelompok pengelola wisata lainnya merupakan hal yang harus terus di tingkatkan agar keberadaan destinasi wisata semakin berkembang.
Acara kemudian dilanjutkan dengan penandatanganan MoU antara Dinas Pariwisata Kab. Bojonegoro dengan BWI (Blue White Internasional) serta dengan House of Martini Suarsa serta dilanjutkan dengan peragaan busana para desaigner. (sak)