Pemimpin Pertama Kunjungi Cox’s Bazar
PEMERINTAHAN PERISTIWA

Pemimpin Pertama Kunjungi Cox’s Bazar

Saat membuka Kongres ke-30 Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), di Universitas Pattimura, Ambon, Maluku, Presiden Joko Widodo mengemukakan, kepedulian pemerintah tidak hanya terhadap masalah di dalam negeri, tetapi juga terhadap saudara-saudara di negara sahabat.

“Kita terus membantu perjuangan saudara-saudara kita di Palestina melawan penindasan dan ketidakadilan,” kata Presiden Jokowi, Rabu (14/2) pagi.

Menurut Kepala Negara, tahun 2016, Indonesia menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa OKI (Organisasi Kerjasama Islam) yang membahas membahas tentang Palestina dan Al Quds. Selain itu, Indonesia juga telah membuka konsulat kehormatan Republik Indonesia di Ramallah, Maret 2016.

Pemerintah, lanjut Kepala Negara, juga mendorong penyelenggaraan KTT Luar Biasa OKI di Istanbul, Turki pada Desember 2017 yang lalu, yang menentang pengakuan sepihak Amerika Serikat terhadap Yerusalem sebagai Ibukota Israel.

“Dalam menyelenggarakan KTT tersebut, KTT Luar Biasa di OKI misalnya, hampir tiap malam saya telepon misalnya Syekh Muhammad di Uni Emirat Arab, Presiden Turki Presiden Erdogan, kemudian pemimpin-pemimpin Timur Tengah yang berkaitan dengan Palestina,” kata Jokowi.

“Juga termasuk presiden Mahmoud Abbas, kalau saya tidak keliru mungkin telepon dua kali kepada beliau karena memang KTT Luar biasa itu sangat diperlukan untuk meneguhkan kembali betapa perjuangan rakyat Palestina untuk merdeka itu masih perlu kita berikan dukungan penuh,” ungkapnya.

Sementara pada Januari 2018 lalu, Jokowi menyapaikan, dirinya berkunjung ke Srilanka, Pakistan, Bangladesh, dan ke Afghanistan. Di Bangladesh, Presiden mengaku mengunjungi Cox’s Bazar, lokasi pengungsi rohingya dari Myanmar, yang kondisinya sangat memprihatinkan sekali.

“Saya adalah kepala negara pertama yang mengunjungi Cox’s bazar. Ini adalah komitmen kita untuk kemanusiaan, komitmen kita untuk perdamaian dunia, dan komitmen kita untuk saudara-saudara kita sesama muslim,” tegas Jokowi.

Tidak Takut
Sementara di hari berikutnya, Jokowi pergi ke Kabul, Afghanistan ke Kabul, dimana 8 (delapan) hari sebelumnya ada bom yang menewaskan 20 orang. Lalu, (dua) hari sebelum dirinya mendarat di Kabul, menurut Presiden, ada bom lagi yang menwaskan 103 orang. Bahkan 2 (dua) jam sebelum dirinya mendarat di Kabul, markas Akademi Militer di Kabul diserang dan menewaskan 5 orang dan belasan luka-luka.

“Ada yang bertanya ke saya, Presiden Jokowi nggak takut? Enggak takut. Ada yang yang bertanya nggak takut? Enggak takut,” kata Jokowi seraya menambahkan, data mendarat dari airport menuju ke Istana Presiden itu dikawal banyak tank.

Di setiap g, lanjut Presiden, ang ada tank, tank, tank semua. “Kenapa harus takut. Enggak takut saya. Bismillah saja saya sudah,” ujarnya.

Jokowi mengaku dirinya takut justru saat mendarat dan saat mau naik. “Takut saya di situ. Kalau pas di darat ndak, karena kanan kiri dari airport itu bukit-bukit semuanya, Gampang sekali diginikan (diroket maksudnya),” ucapnya.

Walaupun saat itu banyak dicegah alasan keamanan, Kepala Negara menyampaikan tetap jangan sampai yang sudah kita rencanakan ini kita batalkan.

“Saya ingin menegaskan pentingnya perdamaian, pentingnya toleransi, pentingnya persaudaraan, pentingnya persatuan,” jelas Jokowi.

Indonesia Bisa Memimpin
Jokowi kembali mengingatkan, bahwa Indonesia sudah masuk negara besar ekonominya, sudah masuk negara Group 20 (G-20). Karena itu, ia minta jangan lagi mencari-cari bantuan. Tapi justru harus mulai membantu.

“Saya sudah sampaikan kemarin pada duta-duta besar, jangan lagi mencari bantuan-bantuan, jangan lagi seperti ini. Kita Justru harus mulai membantu, jangan meminta-minta bantuan. Harus memulai seperti itu,” kata Jokowi.

Kepala Negara menegaskan, negara yang membutuhkan sedapat mungkin bisa kita bantu. Ia meyakini Indonesia bisa membantu, dan bahkan kita juga bisa menjadi rujukan kemajuan bagi negara-negara muslim.

“Saya yakin kita bisa menjadi rujukan kemajuan bagi negara-negara muslim. Bahkan saya meyakini, insha Allah bisa menjadi pemimpin negara-negara muslim apabila ekonomi kita baik dan ekonomi kita kuat. Yakin kita bisa, yakin usaha sampai,” tegas Jokowi.

Sebagai negara muslim terbesar di dunia, sebagai negara demokratis ketiga terbesar di dunia dan sebagai satu-satunya negara Asean yang masuk ekonomi besar dunia G-20, Presiden Jokowi meyakini, Indonesia punya modal besar sebagai pemimpin.

“Saya yakin Indonesia bisa berbuat banyak. Islam Indonesia adalah yang moderat, yang toleran, yang modern, yang terbuka untuk kemajuan,” ujar Presiden.

Presiden mengingatkan, Indonesia punya Pancasila sebagai ideologi pemersatu, rumah kita bersama. Kita juga sudah punya banyak bukti-bukti bahwa Nusantara kokoh bersatu, bukti bahwa Bhineka Tunggal Ika sangat tangguh, bukti bahwa kita negara muslim yang sukses berdemokrasi yang terbuka untuk kemajuan Negeri.

“Jangan lupa kita punya insan-insan yang hebat, insan akademis, insan pencipta, insan pengabdi, insan yang bernafaskan Islam, insan yang memperjuangkan keadilan,”ucap Presiden seraya menambahkan, jutaan Kader HMI kader Insan Cita yang berkualitas, kita banyak miliki.

Tingkatkan Kualitas SDM
Namun Kepala Negara mengingatkan, bahwa upaya mengukuhkan kebangsaan dan membangun Indonesia yang berkeadilan pasti tidak berada dalam ruang yang hampa.

“Kita berada di era globalisasi yang penuh kompetisi, penuh persaingan. Kita tidak bisa membendung Inovasi dan teknologi yang terus berkembang. Kita berada di dunia yang bergerak dinamis, bergerak sangat cepat,” terang Kepala Negara.

Ia menunjuk revolusi industri 4.0 yang sedang berlangsung harus diantisipasi secara serius. Digitalisasi, computing power, dan data analytics, diakui Presiden, telah melahirkan terobosan-terobosan yang mengejutkan di berbagai bidang, yang mengubah landscape ekonomi, yang akan mengubah lanskap politik dan interaksi sosial budaya, baik di tingkat global, di tingkat nasional maupun nanti menuju ke daerah-daerah.

“Inilah perkembangan-perkembangan yang harus kita ikuti dan kita antisipasi. Peluang-peluang besar tersebut harus juga kita manfaatkan, memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk memberantas kemiskinan, mengurangi ketimpangan, menciptakan peluang kerja, mengembangkan wirausaha-wirausaha baru, serta untuk melayani semua warga negara secara berkeadilan di seluruh tanah air,” kata Presiden.

Untuk itu, Jokowi menegaskan, tidak ada jalan lain kita harus meningkatkan kualitas SDM, meningkatkan kualitas insan-insan Indonesia menjadi insan yang sehat, yang berakhlak mulia dan bermoralitas tinggi, yang berdaya juang demi kemanusiaan dan kemajuan Indonesia serta Insan pembelajar yang cerdas, yang inovatif, dan solutif.

Diakui Kepala Negara hal ini bukan tugas ringan. Namun dengan memperkokoh kekuatan nasional dengan meningkatkan sinergi antar pemerintah dan masyarakat, termasuk HMI, Kepala Negara meyakini kita bisa, usaha kita diridhoi, dan yakin usaha sampai. (sak)