Tak dapat di pungkiri, masih banyak daerah di Indonesia, terutama daerah terpencil masih belum terjangkau aliran listrik. Daerah tersebut merupakan, daerah-daerah yang jauh dari pusat pembangunan seperti di daerah pegunungan dan pulau di Maluku dan Papua.
Sebagai contoh, dari data Kementerian ESDM, rasio elektrifikasi di Maluku adalah sekitar 59,17%. Sedangkan Papua baru mencapai angka 48,74% pada Juni 2017.
Hal ini mendorong Ir Chairul Hudaya ST MEng PhD IPM dan Prof Dr Ir Iwa Garniwa MT (Dosen Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Indonesia untuk mengatasi persoalan tersebut. Keduanya mengembangkan sebuah teknologi bernama Tabung Listrik (TaLis).
TaLis merupakan sebuah media penyimpanan energi (baterai) yang dapat digunakan untuk mengoperasikan peralatan elektronik. Dengan TaLis kebutuhan listrik tidak lagi tergantung pada sistem transmisi jarak jauh dari sumber pembangkit listrik raksasa.
“Untuk menerapkan konsep ini, saat ini kami sudah bekerjasama dengan berbagai pihak. Misalnya berkat bantuan CSR PT Wijaya Karya, TaLis telah diterapkan di Sekolah Master Indonesia-Depok sejak November 2017. Sementara dengan PLN, Talis akan diimplementasikan dalam menyediakan pasokan listrik di wilayah Maluku dan Papua,” ujar Chairul, seperti dikutip KabarKampus.com.
Charul mengaku, selama ini untuk memenuhi pasokan listrik di Indonesia, pemerintah biasanya menggunakan pembangkit listrik dalam skala besar untuk kemudian dipasok ke masyarakat menggunakan kabel.
Pembangunan pembangkit listrik baru serta tata kelengkapan listrik lainnya, tentu bukan persoalan yang mudah karena terkait dengan persoalan perizinan, pembebasan lahan, tata ruang, dan pendanaan. “Hal ini yang menyebabkan biaya penyediaan listrik di Indonesia menjadi sangat mahal,” tambahnya.
Dengan inovasi Chairul dan Prof Iwa, TaLis dapat diisi ulang di Stasiun Pengisian Energi Listrik (SPEL) dan didistribusikan seperti ditribusi Tabung LPG. Pengisian ulang dapat dilakukan dalam waktu yang relatif singkat, yaitu selama 4 jam.
Untuk satu unit TaLis dapat menyuplai satu kebutuhan rumah di pedesaaan. Ini adalah sebuah bentuk inovasi bagi dunia listrik Indonesia yang masih sangat bergantung pada metode konvensional dalam melakukan distribusi listrik.
Selain itu dengan bentuknya yang ringan dan portabel, TaLis dapat menyimpan 630 Wh energi listrik berbasis baterai lithium-ion serta mudah dipakai karena menggunakan sistem plug and play. Tidak hanya itu, TaLis juga tidak memerlukan kWh meter dan jaringan distribusi listrik sehingga harganya menjadi murah.
Semua ini menjadi keunggulan TaLis dalam menjadi sebuah media penghantar listrik bagi daerah-daerah yang terisolasi dan belum terdapat jaringan listrik. (ist)