Presiden Joko Widodo mengapresiasi banyak pelajar Indonesia yang berprestasi di berbagai ajang kompetisi nasional dan internasional. Bahkan mereka bukan berasal dari kota-kota besar seperti Jakarta dan Bandung.
Hal ini disampaikan Presiden Joko Widodo ketika memberikan sambutan pada Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan 2018 yang dilaksanakan di Pusdiklat Kemendikbud, Sawangan, Depok, Selasa (6/2).
Presiden menyebut Made Radikia Prasanta dan Bagus Putu Satria Suarima, siswa SMA Negeri di Provinsi Bali.
“Dari keluarga sederhana yang meraih penghargaan khusus dari American Meteorological Society tentang alat prediksi cuaca. Kemudian M Naufal Giffary, siswa SMAN 1 Mataram NTB, peraih emas dalam International Foundation for Art and Culture di Jepang 2017,” kata Presiden.
Selain itu, Ahnaf Fauzy Zulkarnain siswa SDN Karangrejek 2 Kabupaten Gunung Kidul yang menemukan teknologi sederhana perontok jagung menjadi Peneliti Cilik Terunggul dalam ajang Kalbe Junior Scientist Award 2016.
“Prestasi-prestasi seperti ini memang harus dimunculkan dan diangkat agar anak-anak kita juga terpacu termotivasi untuk mengikuti teman-temannya yang memiliki prestasi-prestasi yang tadi saya sampaikan,” tutur Kepala Negara seperti yang dirilis oleh Deputi Bidang Protokol, Pers dan Media Sekretariat Presiden, Bey Machmudin.
Tapi, lanjut Presiden, dirinya juga masih menemukan beberapa hal yang menyedihkan terkait dengan infrastruktur pendidikan karena masih banyak yang perlu dibenahi. Selain itu, di beberapa daerah masih terdapat anak-anak yang putus sekolah dan akses ke fasilitas pendidikan di berbagai pedalaman masih buruk.
Dari peristiwa yang terjadi akhir-akhir ini menunjukkan pendidikan karakter masih menjadi pekerjaan rumah besar dalam proses pendidikan di Tanah Air.
“Meninggalnya Guru SMA di Kabupaten Sampang Ahmad Budi Cahyono menjadi catatan besar kita ada apa ini? Kenapa ini terjadi?” ucap Presiden.
Selain itu masih adanya aksi bullying antar-pelajar di beberapa daerah termasuk di Jakarta, tawuran antar geng sekolah di beberapa kota. “Ini harus menjadi perhatian kita semuanya,” tutur Presiden.
Dalam kesempatan tersebut, Presiden menegaskan bahwa anak Indonesia tidak boleh ketinggalan dalam perkembangan ilmu dan teknologi. Teknologi harus digunakan untuk memperkaya kebudayaan dan memperkuat kearifan lokal.
“Jangan sampai kita kehilangan akar budaya kita dan justru anak-anak kita belajar lewat media sosial tentang hal-hal yang bukan budaya negara kita, Indonesia,” ujarnya.
Oleh sebab itu, Presiden ingin agar kebudayaan menjadi napas dari kelangsungan hidup bangsa. “Menjadi darah kepribadian, menjadi mentalitas dan nilai-nilai kebangsaan anak didik kita,” katanya.
Selain sistem pendidikan di sekolah, sistem pendidikan di masyarakat harus menjadi jantung dari kebudayaan kita. “Ekspresi seni dan budaya Indonesia jangan sampai tergeser dengan budaya-budaya asing yang belum tentu cocok dengan jati diri kita,” ujar Presiden.
Kita harus bisa memastikan agar kebudayaan Indonesia menjadi sumber kekuatan, sumber persatuan, sumber energi bangsa Indonesia dalam memenangkan persaingan global. “Ini yang harus jadi jalan kebudayaan kita,” tutur Presiden. (sak)