PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (Bank Jatim) memproyeksikan, pertumbuhan kinerja tahun ini bisa di atas 10%, baik pada sisi penyaluran kredit maupun penghimpunan dana pihak ketiga (DPK).
Data Bank Jatim menunjukkan, selama 2017 DPK mencapai Rp 39,84 triliun tumbuh 21,48% dibanding tahun sebelumnya sebesar Rp 39,84 triliun. Pertumbuhan DPK yang signiflkan tersebut menunjukkan peningkatan kepercayaan masyarakat bank berkode saham BJTM itu. Sementara penyaluran kredit mencapai Rp 31,75 triliun atau tumbuh 7,01% dibanding tahun sebelumnya. Untuk aset, selama 2017 mencapai Rp 51,52 triliun dan tahun ini diharapkan tumbuh menjadi Rp 55 triliun.
“Secara umum industri perbankan masih belum membaik. Tapi kami harus tetap optimistis bahwa Bank Jatim akan mencatat pertumbuhan kinerja,” kata Direktur Utama Bank Jatim R Soeroso saat acara media gathering nonton bareng di Tunjungan Plasa, Minggu (28/1).
Untuk perolehan laba, Bank Jatim selama 2017 membukukan laba bersih mencapai Rp 1,15 triliun, tumbuh 12,76% dari tahun sebelumnya yang tercatat Rp 1,03 triliun. Pertumbuhan laba ini menunjukkan performa kinerja bank yang mayoritas sahamnya dimiliki pemerintah daerah Jatim tersebut cukup baik di 2017.
“Tahun 2017 memang tidak mudah bagi bisnis perbankan. Dampak perlambatan ekonomi masih sangat terasa, sikap hati-hati masyarakat dalam berinvestasi maupun berbisnis mengakibatkan dampak yang cukup signifikan bagi seluruh bisnis perbankan,” imbuh Soeroso.
Dari sisi penyaluran kredit, penyumbang tertinggi penyaluran kredit Bank Jatim adalah kredit konsumer yang penyalurannya mencapai Rp22,29 triliun atau menyumbang porsi sekitar 70,2% dari total kredit Bank Jatim.
Selain mencatatkan rasio kinerja yang positif, Bank Jatim juga mencatatkan rasio keuangan yang cukup baik di 2017 di antaranya Return on Equity (ROE) sebesar 17,43%, Net Interest Margin (NIM) sebesar 6,68%, Retum On Asset (ROA) sebesar 3,12%, dan Biaya Operasional dibandingkan Pendapatan Operasional (BOPO) sebesar 68,63%.
Soeroso menambahkan, selama 2017, Bank Jatim juga gencar membuka beberapa kantor cabang dan jaringan layanan lainnya. Sehingga jumlah jaringan bank yang IPO sejak 2012 itu telah mencapai 1.608 titik layanan. Ini terdiri dari satu kantor pusat, 48 kantor cabang, 166 cabang pembantu, 199 kantor kas, 191 kantor layanan syariah, 190 payment point, 88 kas mobil, 723 ATM dan dua CDM.
Terkait rencana spin off (pemisahan) Unit Usaha Syariah (UUS) menjadi Badan Usaha Syariah (BUS), Bank Jatim masih menunggu izin prinsip dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Bank Jatim telah menyetor modal sebesar Rp 502 miliar untuk mendirikan Bank Jatim Syariah.
Namun, OJK menginginkan setoran modal awal sebesar Rp1 triliun agar Bank Jatim Syariah bisa masuk Bank Umum Kategori Usaha (BUKU) 2. “Kami akan tetap berupaya memenuhi apa yang dipersyaratkan oleh OJK,” tandas Soeroso.
Direktur Keuangan Bank Jatim Ferdian Timur Satyagraha menambahkan, hingga akhir Desember 2017 pembiayaan UUS Bank Jatim tercatat sebesar Rp 941 miliar atau sebesar 2,56% dari total kredit di Bank Jatim. Rasio pembiayaan bermasalah (Non Performing Finance/NPF) tercatat sebesar 2,5%. “UUS Bank Jatim telah mencatatkan laba sebesar Rp1,5 miliar per Desember 2017,” terangnya. (ita)