Menpora Imam Nahrawi didampingi Staf Khusus Bidang Olahraga Taufik Hidayat meninjau perkembangan pembangunan Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (8/8) sore.
Sebagaimana penjelasan Manajer Proyek Adhi Karya Wikrama Wardana dan Dirut PPK-GBK Winarto bahwa pembangunan SUGBK telah terealisasi 82,29% melebihi dari target 78,09% pada pekan ke-51.
Menpora menilai progres pembangunan SUGBK sangat menggembirakan. Pembangunan yang diawali penandatanganan kontrak pada 15 Agustus 2106 akan ditargerkan selesai pada 9 Oktober 2017 dengan perhitungan 420 hari kalender masa pelaksanaan dan 180 hari kalender masa pemeliharaan.
Disisa 64 hari lagi sudah mencapai 82,29%, ada deviasi surplus 4,20% dari yang direncanakan.
“Saya gembira dan puas dari progres pembangunan yang dapat kita saksikan bersama. Sebelum bulan Ramadhan (puasa) yang lalu saya berkunjung, dan kini kemajuan sangat luar biasa,” komentar Menpora saat peninjauan saat ini.
Selama meninjau, Menpora turun langsung ke lapangan, merasakan rumput, menyaksikan penyiraman, mencoba dengan tendangan bola dan bergelantungan di gawang, menduduki kursi, mengecek toilet, hingga menyaksikan penyalaan lampu.
Renovasi yang hampir rampung, sudah mencapai 82,29%, area SUGBK yang memiliki luas lokasi 96.000 m2 dengan keliling luar 1.120 m dan keliling dalam 967 m, sebentar lagi akan menjadi stadion yang sangat membanggakan.
Cagar budaya yang merupakan legesi sejarah yang dipertahankan, kini bersolek untuk menjadi lebih modern. Menpora mencoba lapangan rumput berjenis Zoysia Matrella yang dikembangkan di Solo sesuai standar internasional dengan menendang bola, mencoba gawang dengan bergelantungan bak aksi penjaga gawang, menduduki kursi di sektor 9 yang berwarna merah putih.
“Perkembangan sungguh luar biasa, semua sudah berstandar FIFA dan sangat nyaman. Saya coba rumput, gawang, dan kursi, sungguh nyaman, yang hebatnya lagi kursinya berwarna merah putih sebagai kado istimewa ulang tahun kemerdekaan yang ke-72 bangsa Indonesia,” papar Menpora dengan bangga.
Belum cukup disitu, Menpora bersama rombongan mengecek langsung toilet dan menyaksikan penyalaan lampu yang diatas tribun meskipun baru sebagian karena masih adanya kabel-kabel yang belum terpasang semua.
Diujung peninjauannya tidak lupa Menpora mengingatkan untuk fasilitas para desabel karena setelah Asian Games juga akan digelar Asian Paragames.
“Pemerintah memperhatikan semuanya, oleh karenanya SUGBK ini juga harus dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas untuk para defabel, jalan masuk, lift, kursi, toilet, agar nyaman juga untuk penyelenggaraan Asian Paragames,” pesan Menpora.
Nantinya kecanggihan SUGBK tergambarkan sebagai berikut, lighting terbaik di dunia hingga 2019 meski harus ada cabel tension 3500 lumen, track atletik klas 1 hanya ada 3 di Asia dan 1 di Asia Tenggara.
Jumlah kursi hampir 80.000 jumlah terbesar di Asia Tenggara dan masuk 5 besar dunia, solar PV panel stadion dengan daya terbangkitkan per tahun hingga 760MWh nomor 2 di dunia, smart stadium, smart ticketing dengan full height gate and turnstiles kualitas Dorma Kaba setara Stadion Allianz, Ajax, Stade de France.
Stadium dengan fasilitas kaca tahan peluru kaliber 7,62 di Royal Box hanya ada 2 di dunia, CCTV dan server dengan kemampuan Face Recognation dan crowd/traffic, analysis, yang mampu mengawasi pergerakan orang serta bisa diintegrasikan dengan Devisi Anti Teror Mabes POLRI.
Indonesia ditetapkan menjadi tuan rumah setelah negara Vietnam menyatakan ketidaksiapannya, dan itu menjadikan ada waktu sekitar satu tahun terbuang. Meski demikian pemerintah Indonesia serius dan bersungguh-sungguh mempersiapkan diri menjadi tuan rumah, terbukti salah satunya dengan perkembangan pembangunan SUGBK yang begitu mengagumkan.
“Jika ada yang mengatakan kita terlambat mempersiapkan, itu tidak benar. Kita menerima menjadi tuan rumah Asian Games itu setelah Vietnam menyatakan ketidaksiapannya, ada satu tahun sudah terlewatkan. Justru dengan kita menerima dan pemerintah bersungguh-sungguh mempersiapkan berarti Indonesia menyelamatkan even Asian Games,” tegas Menpora.
Pembangunan renovasi SUGBK juga tidak hanya konsentrasi untuk Open dan Closing Ceremony Asian Games, akan tetapi juga paralel untuk penyelenggaraan Asian Paragames yang sudah barang tentu memperhatikan kebutuhan para atlet dan kaum defabel.
“Selain mendatangkan teknologi canggih seperti lampu yang terbaik sampai 2019, sound system yang memadai, kursi yang kuat dan dicat merah putih seperti membentuk gelombang bendera, rumput yang baik, termasuk disiapkan pelapis pengamannya bila dipakai parade pembukaan dan penutupan,” kata Manajer Proyek Adhi Karya Wikrama.
“Kita juga sudah menerima masukan dari INAPGOC dan akan direalisasikan fasilitas untuk difabel, seperti disiapkan kursi khusus 200 buah, pelebaran pintu lift, dan sarana khusus dibeberapa tempat lain yang mendukung sehingga tempat ini nyaman dan ramah untuk para difabel,” jelasnya. (sak)