Kerja Nyata Konservasi Alam
PEMERINTAHAN PERISTIWA

Kerja Nyata Konservasi Alam

Masih dalam rangkaian peringatan Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN), Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Wiratno, membuka secara resmi kegiatan Jambore Nasional Konservasi Alam Tahun 2017 8–11 Agustus 2017 di Taman Nasional Baluran, Situbondo, Jawa Timur.

Kegiatan Jambore Nasional Konservasi Alam 2017, diikuti 393 peserta dari Penggerak Konservasi, Masyarakat Peduli Api, Pelaku Jasa Wisata, Masyarakat Desa Penyangga, Kader Konservasi dan pendamping.

Selain kegiatan field trip, workshop dan talkshow, jambore kali ini juga akan diisi dengan safari night di Savana Bekol, nonton bareng film “Bumiku”, bersih pantai Pandean dan sekitar desa Wonorejo.

Tidak ketinggalan, sesuai dengan latar belakang pelaksanaan puncak HKAN di TN Baluran, dalam jambore ini juga dilakukan Kerja Nyata Konservasi Alam pemberantasan Invasive Alien Species (IAS), yaitu pancabutan/penebangan Acasia nilotica di Savana Bekol TN Baluran.

Ancaman invasi jenis asing invasif pada beberapa kawasan konservasi di Indonesia, mencapai kondisi “bahaya” yang berdampak pada penggeseran, dan ancaman kepunahan keberadaan ekosistem asli kawasan.

Serangan jenis invasif di Indonesia cukup banyak antara lain: Acacia nilotica di TN Baluran, Arenga obtusifolia di TN Ujung Kulon, Acacia decuren di TN Gunung Merapi dan Merbabu, Meremia peltata di TN Bukit Barisan Selatan, Spatodea campanulata di TN Bantimurung Bulusaraung, dan sebagainya.

Dampak nyata terhadap kekayaan jenis biodiversitas Indonesia, adalah hilangnya mega biodiversitas Indonesia dan menjadi negara dengan tingkat kepunahan tercepat di dunia.

Sebagaimana kita ketahui, Indonesia mempunyai kawasan konservasi seluas 27 juta ha, atau 30% dari luas kawasan hutan yang ada di Indonesia, sehingga kerja nyata konservasi alam sangat perlu segera dilakukan.

Selain ancaman IAS, mengingat terdapat 5.600 desa yang berada di sekitar kawasan konservasi, Wiratno mengingatkan pada para pelaku konservasi untuk dapat bersinergi dengan semua pihak.

“Saya minta kekompakan generasi muda dan generasi tua, kita mempunyai kawasan konservasi seluas 27 juta ha atau 30% dari luas kawasan hutan di Indonesia, di sekitarnya terdapat 5.600 desa. Untuk itu, kita harus bekerjasama dengan para ilmuwan, desa-desa sekitar kawasan, tokoh agama, tokoh adat, serta masyarakat untuk menjaga kelestarian keanekaragaman hayati yang kita miliki,” tutur Wiratno.

Pada berbagai kesempatan, Menteri LHK, Siti Nurbaya seringkali menyatakan pentingnya menjaga kawasan konservasi dan keanekaragaman hayati.

“Kawasan konservasi dan keanekaragaman hayati harus terus dijaga, agar proses-proses ekologis pendukung sistem penyangga kehidupan tetap berjalan, sehingga mampu memberikan manfaat secara lestari dan berkelanjutan bagi kesejahteraan manusia baik saat ini dan masa mendatang”, tegas Siti Nurbaya.

Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) merupakan momentum keteladanan, dan aksi nyata memasyarakatkan konservasi alam, sebagai sikap hidup dan budaya bangsa Indonesia. Pemaknaan tersebut semakin diterapkan dalam peringatan HKAN 2017.

Output yang diharapkan adalah adanya prakarsa aksi nyata memperlakukan alam sebagaimana kita memperlakukan diri sendiri, karena sesungguhnya konservasi alam adalah konservasi kehidupan kita.

Peringatan HKAN 2017 dengan tema “Konservasi Alam – Konservasi Kita”, secara umum diisi dengan kegiatan-kegiatan yang bersifat aksi nyata konservasi alam, ekspose kegiatan konservasi alam, pemberian apresiasi kepada para penggiat konservasi alam, serta kegiatan kampanye konservasi alam yang dilaksanakan secara menyenangkan, atraktif dan edukatif. (sak)