Mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya kembali menorehkan prestasinya di kancah international. Kali ini angin segar berhembus dari Paduan Suara Mahasiswa (PSM) ITS.
Kuda hitam ITS dalam dunia tarik suara ini baru saja berhasil memboyong tiga trofi dalam perayaan 70th Anniversary Llangollen International Musical Eisteddfod 2017, United Kingdom.
Pembina PSM ITS, Dr Ing Ir Bambang Soemardiono mengaku pencapaian ini cukup baik dibanding beberapa pengalaman sebelumnya. “PSM baru pertama kali mengikuti kontes di Llangollen, dan langsung mendapat juara,” tutur dosen Departemen Arsitektur ini seperti dirilis Humas ITS.
Adapun tiga trofi yang berhasil dibawa pulang yakni runner up kategori Youth Choir, runner up kategori Adult Folk Choir, serta juara tiga kategori Mixed Choir. “Untuk kategori Adult Folk Choir, lagu tradisional Madura yang kami bawakan hanya kalah 0,3 poin dengan juara pertama,” terang Bambang.
Menurutnya prestasi ini tak luput dari hasil latihan keras anggota PSM. “Kami selalu berlatih keras, sebelum maupun setelah berangkat ke Inggris. Sebelum berangkat, latihannya Senin hingga Minggu, setiap latihan berdurasi dua jam.” jelas pria asal Banyuwangi tersebut.
Selain latihan keras, pola pikir positif juga sangat membantu mereka dalam mengubah kendala menjadi motivasi. Alhasil beberapa gangguan seperti lokasi penginapan yang jauh, dukungan dana yang terbatas, serta waktu keberangkatan yang mepet dapat mereka atasi dengan baik.
Bambang mengatakan, penginapan yang mereka dapat di provinsi North Wales memiliki jarak yang cukup jauh dari lokasi kontes, maupun dari pusat kota. Sekitar satu setengah jam. Dalam hal ini, Bambang dan tim justru memandangnya sebagai keuntungan. “Kondisi yang sepi membuat latihan kami jadi lebih fokus. Ditambah lagi dengan suasana yang sejuk dan pemandangan yang asri,” tutur Bambang.
Pada kesempatan lain, Ketua PSM ITS, Gusti Putra Pradana mengatakan timnya sempat mengalami kendala finansial dalam persiapan kompetisi ini. Namun berkat kerjasama tim yang baik, serta kegigihan dalam menghimpun sponsor, akhirnya tim ini tetap berangkat.
Lain lagi dengan salah satu personel PSM, Herisha Arviani yang bercerita tentang waktu keberangkatan timnya yang mepet. “Sudah mepet, bertepatan pula dengan insiden bom di Manchester. Tapi setelah menenangkan diri akhirnya kami berangkat juga,” kenangnya. (sak)