Olahan makanan menggunakan bahan baku jamur saat ini tengah marak bagi kalangan masyarakat. Kuliner olahan jamur seperti Sego Njamoer, Pentol Jamur dan jamur crispy sukses menggaet hati banyak orang.
Tren jamur ini dijadikan sebuah peluang oleh empat mahasiswa Departemen Kimia ITS dengan menghasilkan jamur tiram putih berpotein tinggi untuk memenuhi kebutuhan protein manusia.
Keempatnya adalah Ulva Tri Ita Martia, Mitha Ochidiany, Ahyudia Malisa Ilham dan Lulut Tutik M . Penelitan berjudul ‘Jamur Tiram Putih Berprotein Tinggi dengan Media Tanam Kayu Sengon, Ampas Tebu dan Rumput Gajah’ sukses menghantarkan keempat mahasiswa ini mendapatkan dana pengembangan dalam Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian (PKM-P) dari Kementrian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi.
Ulva Tri Ita Martia, ketua tim, mengutarakan latar belakang ia dan kawan-kawanya membuat jamur protein tinggi ialah karena keprihatinan timnya melihat kondisi masih banyak masyarakt di negara berkembang terkena penyakit kwashiorkor, penyakit bentuk gizi buruk (busung lapar, red) yang disebabkan oleh kekurangan gizi protein, termasuk Indonesia.
Ia dan tim berkeinginan membantu menemukan makanan protein tinggi yang terjangkau bagi masyarkat. “Karena jamur termasuk makanan yang banyak digemari masyarakat dan harga cukup terjangkau, maka kami meneliti jamur yang dapat menghasilkan protein tinggi,” ucap Ulva melalui ITS Online.
Ulva menjelaskan, kandungan jamur tiram putih yang dibudidayakan oleh masyarakat saat ini mempunyai nilai kandungan gizi yang cukup tinggi, yaitu karbohidrat 57,6-81,8 gram, protein 7,8- 17,72 gram, lemak 1-2,3 gram, serat kasar 5,6-8,7 gram, Ca 21 mg, Fe 32 mg, thiamin 0,21 mg, dan riboflavin 7,09 gram.
“Untuk mendapatkan kandungan protein dan dan serat yang tinggi, jamur tiram putih bergantung pada media tanam yang digunnakan atau biasa disebut baglog,” jelas mahasiswi Departemen Kimia tersebut.
Untuk mendapatkan kadar protein dan serat tinggi maka Ulva dan tim melakukan penelitian terhadap media tanam melalui praktek langsung dan studi literatur. Ulva mengatakan penelitian terhadap jamur ini sudah pernah dilakukan sebelumnya yakni dengan media tanam ampas tebu, namun hanya menghasilkan karbohidrat tinggi.
“Untuk protein tinggi, kami menemukan bahwa limbah biomassa yang mengandung selulosa tinggi dapat menghasilkan protein tinggi. Oleh karena itu variasi media tanam yang digunakan adalah ampas tebu, kayu sengon dan rumput gajah. Media tanam ini pun telah sukses kami coba ke tanaman jamur di Departemen Kimia,” tutur mahasiswa angkatan 2015 tersebut.
Ulva menjelaskan kelebihan dari jamur tiram putih ialah harga cukup terjangkau bagi semua kalangan masyarakat dan proses media tanamnya juga cukup mudah. “Selain protein tinggi , jamur ini juga merupakan penghasil protein non kolesterol sehingga sangat aman dikonsumsi,” terangnya. (yul/foto:ilustrasi)