Salah satu prioritas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dalam upaya mewujudkan bauran penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT) 23% pada 2025 salah satunya melalui pemanfaatan potensi bioenergi di Indonesia.
Data Direktorat Bioenergi Kementerian ESDM, hingga saat ini capaian pemanfaatan bioenergi untuk Pembangkit Listrik Tenaga (PLT) Bioenergi mencapai 1856,6 MW, dengan rincian 213,6 MW yang sudah on grid dengan jaringan listrik PT. PLN dan 1643 MW yang masuk jaringan off grid, dengan pemanfaatan biogas mencapai 22,8 M m3/Y, serta biofuel mencapai 3,42 kl.
Hal tersebut disampaikan Direktur Bioenergi Ditjen EBTKE Kementerian ESDM, Andriah Feby Misna saat membuka acara Bioenergy Goes To Campus di Universitas Jambi, Selasa (16/10).
Lebih lanjut, Kepala Seksi Investasi Bioenergi Kementerian ESDM Tody Fedrica pada memaparkan bahwa implementasi PLT Biogas dari limbah sawit atau Palm Oil Mill Effluent (POME) berada di wilayah Riau dan Belitung dengan menggunakan teknologi anaerob buffle reactor.
“Teknologi anaerob buffle reactor maksudnya limbah sawit dikumpulkan ditutup oleh covered lagoon, metannya naik, kemudian disedot dimasukkan ke dalam gas engine,” jelas Tody.
Ada dua PLT Biogas yang tersebar di wilayah Riau yaitu PLT Biogas POME di PTPN V Kebun Tandun Riau, dan PLT Biogas POME di Rokan Hulu Riau, selain itu juga ada PLT Biogas POME pertama yang on grid ke jaringan listrik PT. PLN (Persero) yaitu PT. Austindo Nusantara Jaya di Belitung.
Untuk PLT Biomassa, Tody menjelaskan lebih lanjut sudah ada tiga perusahaan di Sumatera yang sudah beroperasi menggunakan jenis bahan bakar biomassa yaitu PT. Growth Sumatra Industri di Medan yang memiliki 2 unit excess power dengan total kapasitas 15 MW, PT. Growth Asia di Medan dengan total kapasitas 20 MW, serta PT. Rimba Palma Sejahtera Lestari berkapasitas 2×15 MW.
Pembangkit listrik yang menggunakan sumber bioenergi juga bisa memanfaatkan sampah kota. Sebagai contoh di Kota Surabaya, sejak tahun 2001 telah memanfaatkan sampah kota sebagai sumber pembangkit listrik. PLT Sampah kota tersebut dimiliki Pemerintah Kota Surabaya bekerjasama dengan PT. Sumber Organik sebagai pihak swasta.
“Di Benowo surabaya teknologinya masih landfill gas, Surabaya termasuk salah satu Perpres No 35 tahun 2018, rencananya mereka akan menggunakan gasifikasi powerplant sebesar 8 MW”, tambah Tody.
Selain listrik, implementasi bioenergi juga bisa dimanfaatkan sebagai Program Biogas Rumah, Program biogas komunal serta tungku untuk memasak yang dinamakan Tungku Sehat Hemat Energi (TSHE).
Untuk TSHE dilatarbelakangi oleh kayu bakar masih menjadi bahan bakar utama memasak di 18 propinsi di Indonesia. Kementerian ESDM dan Kementerian Keuangan telah bekerjasama dengan World Bank dalam Pilot Project Program Clean Stove Inititive (CSI) di Provinsi Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Nusa Tenggara Timur.
“Untuk Program Biogas Rumah bertujuan untuk mengatasi limbah ternak. Total yang telah dibangun hingga 2017 sebanyak 31 ribu yang berasal dari dana APBN dan kerjasama Pemerintah Belanda, sedangkan untuk program biogas komunal memanfaatkan limbah/kotoran manusia di pondok pesantren untuk lampu penerangan dan memasak yang telah dibangun di 15 lokasi dengan menggunakan dana APBN”, pungkas Tody. (sak)