Pemerintah akan membangun sebanyak 1.200 Hunian Sementara (Huntara) bagi korban bencana gempa bumi dan tsunami yang terjadi di sejumlah wilayah di Sulawesi Tengah (Sulteng), akhir September lalu.
Menteri Koordinasi bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto mengatakan, hunian tersebut direncanakan dalam bentuk barak, dalam satu barak diperkirakan dihuni oleh 12 keluarga. Nantinya, barak tersebut juga akan dilengkapi dengan MCK, dapur, dan fasilitas rumah tangga lainnya.
“Ini tadi dihitung sementara ada 1.200 lokasi masing-masing kali 12. Tapi ini sementara karena hitungan sementara belum selesai. Hitungan sementara masih kita hitung dari jumlah pengungsi,” kata Wiranto usai memimpin Rapat Koordinasi Terbatas di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Senin (15/10) kemarin.
Menurut Menko Polhukam, sekarang terdaftar jumlah pengungsi 65.000. Dari jumlah ini diperkirakan hanya separuhnya atau sekitar 30.000 saja yang akan kembali ke rumah masing-masing karena rumahnya tidak hancur.
Tampung 14.400 KK
Sementara Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengatakan, Huntara merupakan transit sampai dengan hunian tetap dan relokasi permukiman selesai. Pembangunan Huntara yang ditargetkan rampung dalam 2 bulan ini akan dibangun di Kota Palu, Kabupaten Sigi, dan Donggala.
“Tiga lokasi menjadi kandidat untuk relokasi permukiman warga di Palu, yakni Kelurahan Duyu, Tondo dan Pombewe,” kata Basuki.
Ia menyebutkan, pembangunan sebanyak 1.200 unit Huntara itu akan dapat menampung 14.400 keluarga. Huntara yang dibangun dengan model knockdown berukuran 12 x 26,4 meter persegi, dibagi menjadi 12 bilik dimana setiap biliknya akan dihuni oleh satu keluarga.
Adapun 1.200 unit huntara yang akan dibangun, lanjut Basuki, merupakan tahap pertama sambil menunggu perkembangan data pengungsi yang membutuhkan.
Sementara Ketua Satgas Penanggulangan Bencana Sulawesi Tengah Kementerian PUPR Arie Setiadi Murwanto secara terpisah menjelaskan, Huntara tersebut akan dibangun dengan sistem cluster pada lima zona dengan mempertimbangkan faktor ketersediaan lahan dan keamanan lokasi dari dampak gempa.
“Setiap cluster yang terdiri atas 10 unit huntara (120 bilik), akan dibangun satu buah sekolah PAUD dan sebuah SD, tempat sampah, ruang terbuka untuk kegiatan warga serta tempat parkir sepeda motor,” kata Arie.
Kontruksi Huntara juga tahan gempa dan mengakomodir cuaca Kota Palu yang panas karena berada di garis khatulistiwa. Konstruksi akan menggunakan baja ringan dengan dinding berbahan glassfiber reinforced cement (GRC).
Setiap unit Huntara akan dilengkapi 4 toilet, 4 kamar mandi, septik tank, tempat mencuci, dan dapur bersama serta listrik dengan daya 450 watt setiap bilik.
“Hunian-hunian ini bisa dimanfaatkan dalam dua tahun sampai hunian tetap yang dibangun Pemerintah selesai,” pungkas Arie.
Lokasi-lokasi huntara yakni di Kelurahan Duyu, Petobo dan Pengawu, Lapangan Sepakbola Kelurahan Silae, Tipo, Tipo A, Lapangan Kelurahan Buluri, Watusampu, dan Kawatuna. (sak)